Jumat, 26 April 2019

Catatan tentor Part VII

Catatan tentor
Part VII


12 IPA TW 3
    Jujur kelas ini adalah kelas yang membuat saya paaaling bingung. Dulu di awal semester lebih terkesan sedikit "krik-krik" dibanding kelas lain. Masalahnya, mereka terlalu manis dan pemalu. Lebih serius. Sampai-sampai membuat saya salah tingkah, mati gaya, dan pernah ngebleng untuk beberapa menit dan saya harus cepat-cepat menguasai diri. Pernah saking salah tingkahnya saya merasa darah saya berdesir naik ke kepala, saya rasa saat itu mungkin wajah saya sampai terlihat sedikit merona. Responnya slow, bukan slow dalam belajarnya tapi, slow dalam reaksi ke saya. Tapi, setiap saya tanya apa mereka mengerti, mereka bilang mengerti. Saat pembahasan soal mereka bisa menjawab soal dengan baik.

      Kadang saya berpikir apa ada yang salah dari metode mengajar saya atau saya sedikit menyeramkan, kah?  akhirnya saya memutuskan untuk membangun komunikasi individu. Mengamati ekspresi mereka. Manfaatkan momen saat mereka konsul dengan membuka kesempatan mereka untuk mengutarakan argumen, saya bebaskan berekspresi. Setelah saya amati mereka nyaman-nyaman saja. Saat berpapasan di jalan mereka tidak menghindar dan mau ngobrol dengan saya. Oke, fix. Bisa disimpulkan, mereka semua memang pemalu.

       Untungnya di kelas ini ada beberapa siswa laki-laki yang saya rasa cukup membantu sehingga suasana di kelas tidak begitu terasa sunyi, satu siswa sepertinya sering saya lihat sering ngikut di kelas sebelah. Entah sudah resmi diterima di sana atau tidak. Juga beberapa siswa selama semester kedua ini jarang terlihat masuk di jam saya. Tinggal dua siswa lagi yang biasanya lumayan aktif. Dua anak ini tidak rusuh seperti kelas lain, cukup kritis, namun sopan. Kehadiran mereka berdua ini cukup membantu membuat suasana kondusif apalagi saat sedang membahas soal. Kalau tidak ada mereka, isinya hanya siswa cewek yang manis-manis dan pemalu ini. Asli keluar kelas saya butuh "aqua" agar bisa tetap konsen di kelas selanjutnya dan akhir-akhir ini saya merasa cukup dekat  dengan mereka. Oh, no! Mengapa saat mulai marasa dekat justru  menjelang perpisahan.


12 IPA TW 4
    Siswa cewek di kelas ini hobi banget cerita dan seperti gak ada ujungnya. Sebenarnya saya tidak keberatan kalau mereka ngobrol tapi, saat saya menjelaskan saya harap siswa dapat sportif menyimak penjelasan saya dengan baik. Untuk metode mengajar saya tidak mau terlalu diktator, memangkas kreatifitas siswa berekspresi dan membuat suasana kelas menjadi tidak tidak nyaman. Dengan saya masuk kelas mereka, diterima dengan baik, mereka tidak malas-malasan menerima saya, dan tidak menolak kehadiran saya. Itu sudah cukup.

   Saya sadari mata pelajaran Bahasa Indonesia memang  terasa sedikit membosankan kalau tidak berusaha menyukainya, akan terasa berat mempelajarinya, ya, minimal diterima dulu, ditambah lagi jika guru atau tentornya menyeramkan. Sudah, selesai. Saya yakin mata pelajaran ini positif tidak akan disukai siswa. Saya maklum jika banyak siswa yang tidak begitu menyukai mata pelajaran yang saya ajar ini. Walau terkesan sepele tapi bisa dikatakan cukup penting. Coba dibayangkan kalau tidak ada bahasa, seperti apa kita berkomunikasi, dan bayangkan jika tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia, bagaimana kita mempelajari disiplin ilmu yang lain? Oleh karena itu, mata pelajaran ini bisa dikatakan penting. So, belajarlah menerima dan menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, ya.

   Kembali membahas karakteristik personal kelas ini. Kalau siswa ceweknya hobi cerita kayak ibu rumpi, berbanding terbalik dengan siswa laki-laki di kelas ini. MasyaAllah mereka anak-anak yang soleh. Pernah saya berpapasan dengan mereka di lorong masjid tempat tinggal saya dulu. Tempat tinggal yang sangat berperan membentuk kepribadian saya seperti saat ini. Sepertinya mereka habis salat ashar di sana. Membuat saya kagum sama mereka. Satu siswa laki-laki di kelas ini cukup akrab dengan siswa cewek yang kayak ibu-ibu rumpi. Hobi juga bercerita. Kelebihannya anaknya ramah, sepertinya nggak ada dia nggak rame. Dan satunya lagi ada siswa yang agak nyeleneh. Saya sering gemes banget sama dia. Kalau jam masuk kelas 14.30 jarang saya temukan dia sudah ada di kelas sebelum saya masuk kecuali memang kelas mereka sudah ada kelas sebelumya. Minimal tiga puluh menit dia terlambat. Untung anaknya lumayan keren dalam bidang pelajaran. Kalau tidak Mbaknya ini keluar diktatornya Hitler untuk mendisiplinkannya.

     Ada hal yang mengagumkan dari siswa cewek di kelas ini. Saat pertandingan futsal, mereka sangat tangguh. Walau baju sudah basah oleh keringat, wajah sudah semerah saga tapi tetap semangat. Menang kalah tidak masalah. Saya tetap kagum dengan mereka. Ada momen drama dari kelas ini. Kalau lagi romantis melanda, mereka baca soal saja seperti sedang berpuisi. Ada satu insiden, saat saya salah menyebut nama salah satu dari mereka. Langsung diralat. Haha ... iya, maaf. Entah kenapa saya sebut dia Yusuf. Ah, maafkanlah Mbakmu yang suka lupa nama ini karena bukan tipe  orang yang hafal nama. Jangankan namamu, nama mantan saja saya sering lupa, eaaa....


12 IPS TW 2
     Kelas yang jumlahnya anggotanya paling sedikit hanya enam orang. Membuat saya mudah memahami dan mengenali mereka. Di awal saat mereka masih tergabung di kelas sebelumya. Saya sempat memperhatikan mereka semua termasuk ekspresi mereka.

  Di awal pertemuan itu ada juga yang membuat saya tertarik langsung berkomentar, salah satu dari mereka mirip dengan artis korea, Song Jae. Sekali lewat. Dua kali lewat, sedikit mirip, tiga kali lewat udah nggak lagi, mirip kayak anak SMA pada umumnya. Saat kelas mereka masih bergabung, kebanyakan mereka duduk di baris depan. Sedikit kaku, singkuh, dan malu-malu. Mungkin karena belum saling kenal, minoritas, dan beda sekolah.

   Setelah dipisah barulah karakter mereka terlihat jelas. Awalnya sih masih harus di pancing untuk berkomunikasi, lama-lama mungkin setelah mereka merasa nyaman, barulah mereka mulai berani berekspresi. Lebih leluasa menyampaikan pendapat dengan terbuka. Mereka semua secara umum adalah pribadi yang ramah, kompak, dan hangat. Walaupun anggota kelas sedikit, kelas tetap terasa ramai, kok. Soal pemahaman dalam proses KBM mereka semua bisa dikatakan ketjeh. Saya tidak pernah meresa keberatan saat harus ditumbalkan terus mengajar di kelas ini.

Spesial, Edisi Penutup Catatan Harian Tentor Untuk Kelas 12



Kelas 12 IPS TW 1
     Pasca acara BTA70 mencari bakat ada insiden di kelas ini. Again, dan terjadi lagi kisah lama terulang kembali. Di sela-sela euforia acara kemarin terselip insiden yang membuat saya merasa sedikit kesal. Di luar masalah siapa yang salah dan siapa yang benar. Ada yang main-main, ada yang tersinggung di antara mereka. Saya khawatir jadi berantem. Saya memilih buru-buru keluar kelas untuk menghindari kelas jadi rusuh. Sepanjang sesi selanjutnya saya berusaha menghibur diri. Gpp, Len. Mereka hanya bercanda. Nanti juga baikan lagi. Selesai sesi kedua. Saat saya sedang mengisi laporan agenda tentor. Saya melihat dan memperhatikan mereka keluar satu per satu dari ruangan sambil menunduk dan berlalu. Saya sempat bertanya-tanya, tumben mendadak jaim.

  Beberapa hari kemudian saat saya kebagian jam mengajar malam. Di luar sembari menunggu adik saya menjemput. Salah satu dari mereka menghampiri saya, ada sesuatu yang mau disampaikan nih sepertinya tapi, susah diungkapkan dengan bahasa verba. Sambil senyum-senyum simpul, yang satunya datang, disusul juga dengan yang lainnya. Yang satu ini serius sekali, sambil mengembalikan buku yang ia pinjam. Ia memberanikan diri untuk meminta maaf. Sesaat saya sempat berpikir maksudnya apa? Sambil memahami keadaan itu saya memperhatikan yang lain untuk mencari jawaban. Siapa tahu ada hal yang bisa saya simpulkan. Sampai akhirnya ada yang menjelaskan, "Ayo, ngomonglah. Katonyo lah janji nak diselesaikan secepatnyo..." akhirnya yang dimaksud menyampaikan permintaan maafnya. Saya baru ngeh. Oo, ini berkaitan dengan insiden kemarin? Hahaa ... saya pengen ketawa. Jujur saya sudah lupa. Ya, sudah. Anggap saja sudah selesai. Saya hargai itikat baiknya. Saat saya jalan ke arah adik saya yang sudah menunggu dipinggir jalan, salah satu dari mereka bilang sambil sedikit teriak, "Mbakk ... minta maaf..." saya balas dengan seyum manis. Oo, so, sweet.

  Oke, shock terapi buat mereka berpengaruh juga rupanya. Sebenarnya kesal saya hanya saat itu saja. Bagaimanapun mereka dan seperti apa pun tingkah mereka, saya tetap peduli sama mereka dan tidak akan merubah apa pun. Marah ini bukan bentuk kecewa tapi bentuk kekhawatiran saya. Kalau kalian bilang, "Jangan khawatir, Mbak. Hanya bercanda" oke, saya akan berusaha percaya. Masa kebersamaan yang hanya tinggal beberapa waktu lagi. Saya tahu, pada akhirnya masa kebersamaan ini akan selesai, kalian akan memasuki fase berikutnya, akan berlalu, dan mungkin nanti kalian akan lupa dengan saya. Yang saya inginkan saat ini adalah suasana yang menyenangkan dan meninggalkan kenangan indah.

       Thanks ya, untuk sang komando kelas ini yang selalu datang pertama dan berinisiatif mengkoordinir teman-temannya untuk segera datang, maaf, ya buat yang sering kita "tumbalkan" untuk baca soal, kita bukan membully tapi membantu konsentrasimu biar tidak ngantuk biar bisa pokus belajarnya, thanks juga yang ngakunya nggak pernah bosan kalau saya masuk kelas kalian terus, thanks juga untuk siswa yang manis, rajin dan tekun belajarnya di kelas, juga buat yang minggu ini bikin saya sedikit emosional karena tidak datang siaga.

      Akhir catatan untuk semua kelas XII  IPA dan IPS saya mohon maaf untuk semua hal yang berkaitan dengan lisan dan prilaku saya yang tidak berkenan. Doa saya semoga kalian semua lulus SBMPTN dan sukses di masa depan. Aamiin.

Lena Munzar
Baturaja. Kamis, 21 Maret 2019/18.26 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar