Senin, 06 September 2010

puisi sunyi


Beberapa waktu lalu. Waktu tepat dini hari aku di kejutkan dering hp-ku. Nama seorang sahabat tercantum di layar hp. Ada apa ya? Kok telpon malam-malam gini?

Ku sambut dengan kantuk yang terjaga dan intonasi suara seadannya…

Dari seberang suara tangis mendera. Tanpa ucapan kata-kata… berulang kali ku Tanya ada apa? TapI hanya suara tangis sesegukan yang menjawab. Sampai akhirnya aku pasrah dan diam sambil menunggu ia buka suara sendiri. Ku tunggu satu, dua, tiga menit berlalu… ( sambil mulai resah, kasihan pulsanya…J )

“ Len… Suamiku selingkuh…”

Aku terbelalak. Kaget plus bingung.

Sambil sesegukan ia cerita panjang lebar. Terasa sakit hati dan perihnya.

Ia terus bercerita siiringi tangisnya. Tanpa peduli akan diriku yang tidak menyumbang suara sedikitpun.

Ku dengarkan dengan seksama sambil berfikir kok dia mau cerita sama aku? Padahal siapalah aku ini.apa yang bias aku perbuat untuknya. Mau kasih nasihat? Nasihat apa?, huh… boro-boro nasihat dan solusi ngerti juga nggak… ( belum ada pengalaman rumah tangga. )

Aku ikut sedih.

Swlain menjadi pendengar yang baik. Setelah tangis dan ia selesai mengeluarkan uneg-unegnya ku sarankan ia sholat dulu. Mengadulah pada Allah. Semoga Allah member petunjuk atas masalahnya.

Setelah itu mataku tak mau lagi terpejam.

Banyak hal berkecamuk di otakku.

Dan lahirlah sebuah puisi. untuk sahabatku di seberang sana.

Tahukah sayang

Kau dan aku adalah cerminan masing-masing kita

Aku tahu itu…

Saat cinta kita sedang tidak bersamamu saat ini

Aku tahu kecenderunganmu

Semua terserah padamu

Begitu juga aku…

Aku yang tidak ingin sepertimu

Aku akan tetap seperti ini,

Tetap dengan hatiku

Di hatiku ada kamu…

Di hatiku ada sang Pemilik hatiku

Di hatiku ada Dia dan kamu…

By. Lena Munzar

Don’t be sad. J