Jumat, 21 Desember 2012

Esai Bahasa



PERAN SERTA KITA DALAM PELESTARIAN BAHASA INDONESIA
Oleh: Lena*
Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar saat ini sangat  diutamakan di masyarakat Indonesia sebagai pengguna bahasa yang baik secara baik dikalangan pemerintahan, termasuk di dunia pendidikan. Dengan tujuan, bahasa Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan masyarakat mempunyai keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik. Tentunya dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam memelihara, mengembangkan dan menyebarkan  bahasa Indonesia untuk digunakan oleh masyarakat Indonesia secara luas.
Jika kita melihat dari sudut pandang sejarah bangsa Indonesia, untuk dapat menggunakah bahasa Indonesia yang dipakai oleh masyarakat pada saat ini dibutuhkan waktu dan perjuangan bangsa yang cukup panjang. Kita lihat bagaimana yang perjuangan keras yang dilakukan oleh anak bangsa pada saat itu, tentu saja semua usaha dan perjuangan itu didasari atas dasar rasa cinta terhadap bangsanya. Seperti yang tercantum dalam bait ketiga yang terdapat dalam sumpah pemuda yang dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 1928 berbunyi dalam versi ejaan yang disempurnakan: kami putra putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.  Pada akhirnya bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa Resmi Negara Indonesia dan diresmikan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan sebagai Bahasa Nasional yang berfungsi sebagai bahasa pemersatu bangsa dengan tujuan untuk komunikatif.
Untuk itu kita sebagai mahasiswa, kita pempunyai kewajiban serta peran aktif untuk ikut membantu memelihara, menggunakan dan terus melestarikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar di masyarakat. Serta diharapkan dapat terus belajar memperbaiki kekeliruan berbahasa Indonesia selama ini digunakan dalam masyarakat. Tidak ada suatu bahasa pun dapat dikuasai  dengan baik tanpa dipelajari, bukankah tugas kita sebagai mahasiswa adalah belajar.
Akan sangat disayangkan sekali rasanya kalau kita tidak bisa melestarikan tetapi justru merusaknya. Permasalahannya sekarang adalah banyaknya permasalahan yang timbul seputar penggunaan bahasa Indonesia di kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satu faktor utamanya adalah pengarug perkembangan tehnologi dan budaya gaul dalam bahasa percakapan sebagai bahasa pergaulan di masyarakat sangat memprihatinkan menjadi salah satu pemicu lahirnya bahasa-bahasa “gaul atau bahasa alay” yang berkembang dengan pesat dikalangan pergaulan remaja kita saat ini.
Bukan saja bahasa tuturan yang kurang baik bahkan sikap mental berbahasa pun menjadi kurang baik. Dan yang lebih memprihatinkan adalah banyak diantara masyarakat kita bertutur bahasa Indonesia semacam “bahasa gado-gado” yang mencampurkan kosa kata bahasa Indonesia dengan kosa kata bahasa asing, bahkan meleburkan bahasa gaul kedalam bahasa Indonesia. Bukankah akan terjadi bahasa Indonesia yang tidak sehat.
Sebagai contoh sederhan masyarakat kita lebih menyukai memakai kata “Hape atau hanphone” dari pada “Telpon genggam” atau “Laptop” dari pada kata “Komputer jinjing” dan yang lebih menyedihkan lagi masyarakat kita lebih menyukai penggunaan kata ”Lo-Gue” dari pada kata “Anda dan Saya”. Diantara mereka berpendapat akan terkesan lebih keren dan lebih gaul dari pada menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar akan terkesan tidak gaul. Dengan jalan berfikir yang sederhana seperti itu, secara tidak sadar mereka berperan menyebabkan bahasa Indonesia akan lambat laun akan tertinggal bahkan menghilang. Dan kemungkinan akan digunakan dalam ruang gerak terbatas dan mungkin hanya akan digunakan di ruang lingkup pemerintahan saja dan tidak menjadi bahasa wajib yang harus dimiliki sebagai keterampilan berbahasa Indonesia yang baik.
 Pemerintah sudah berupaya keras dalam melestarikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Baik di lingkungan instansi pemerintahan itu sendiri yang diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia dan di dunia pendidikan. Dapat kita lihat dengan banyaknya dari universitas yang menyadiakan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di universitas-universitas yang tersebar di Indonesia.
Dalam proses pendidikan akademik yang berkonsentrasi pada keterampilan berbahasa Indonesia. Diharapkan dapat menciptakan mahasiswa yang mempunyai pengetahuan yang baik seputar penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.  Dan kelak dapat mengaplikasikannya dengan baik di dunia kerja maupun di kehidupan sehari-hari. Juga sudah banyak dilakukan seminar kebahasaan.
Oleh karena itu saat ini sangat dibutuhkan peran serta kita sebagai mahasiwa untuk membantu menemukan solusi yang cerdas dalam mengatasi permasalahan ini dan sikap positif serta kesadaran dari masyarakat untuk pentingnnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Proses pembiasaanlah sulosi yang tepat yang harus dilakukan oleh masyarakat saat ini jika bahasa Indonesia ingin terus dapat dipertahankan dan dilestarikan. Dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang harus dilakukan oleh masyarakat kita, dan diharapkan akan dapat tercapainya masyarakat Indonesia memiliki keterampilan berbahasa Indonesia dengan baik.
 Sebelum terjadinya pembiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di masyarakat, tentunya sangat ideal jika masyarakat kita dapat mengetahui terlebih dahulu kesalahan-kesalahan atau kekeliruan yang selama ini terjadi dimasyarakat dalam berbahasa Indonesia. Setelah mengetahui kesalahan-kesalahan tersebut diharapkan masyarakat kita dapat mempelajari kaidah-kaidah yang berlaku. Sehingga masyarakat kita mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan dalam situasi dan kondisi yang tepat. Contohnya. Bahasa formal dapat digunakan dalam kondisi yang formal seperti acara seminar atau kegiatan belajar mengajar. Bahasa Indonesia yang benar adalah menggunakan bahasa Indonesia berdasarkan ejaan yang baik dan benar serta mematuhi kaidah dan peraturan yang berlaku.
Selama ini masyarakat kita terkesan menggunakan bahasa yang benar adalah bahasa yang biasa sering digunakan di masyarakat luas tanpa mempertimbangkan kebenarannya serta tidak didukung pengetahuan yang baik dan benar. Sebagai contoh di masyarakat ketika sedang terjadi komunikasi dalam lingkungan terdekat kita seperti keluarga, teman bahkan tetangga kita dalam bahasa komunikasi keseharian. Biasanya mereka lebih menyukai menggunakan kata “Apotik” dari pada kata “Apotek”. Padahal kata yang benar adalah kata “Apotek”.
Kesempatan inilah yang dapat kita gunakan dengan baik saat kita mempunyai kesempatan berinteraksi secara langsung dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik sebagai media komunikasi. Mungkin akan terasa sulit pada tahap awal. Namun jika dibiasakan secara terus-menerus dan berkelanjutan maka akan ada hasil yang baik. 
Dengan kata lain kita sudah ikut berperan serta membantu pelestarian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Secara sederhana kita juga telah berbagi pengetahuan secara langsung dan dengan cara yang bijak dan baik. Semua itu dinilai sangat baik dalam upaya membenarkan kekeliruan selama ini yang telah menjadi terbiasa.
Jika kita pribadi dapat melakukannya dengan baik yang di mulai dari lingkungan yang terkecil seperti keluarga, lalu terus diupayakan di lingkungan tetangga, teman pergaulan bahkan di instansi pemerintahan seperti dunia pendidikan yang juga tidak luput dari kekeliruan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Maka diharapkan akan menjadi contoh yang dapat dijadikan panutan dari mahasiswa yang lain dan akan mengubahnya menjadi kebiasaan yang baik. Jika semua dapat berperan dengan baik dapat dipastikan akan ada hasil yang menakjubkan dan membanggakan.
Maka akan dapat dipastikan akan tercapainya keberhasilan sesuai yang dicita-citakan dengan masyarakat Indonesia yang mempunyai keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan diharapkan dari masyarakat Indonesia selalu sadar akan pentingnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta dengan  bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi. Dan bahasa Indonesia akan terlestarikan dengan baik.
(* penulis adalah mahasiswi semester lima, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di Universitas Baturaja. tulisan ini di buat sebagai syarat mengikuti kompetisi Duta Bahasa)

Esai Sastra


UPAYA MENUMBUHKAN MINAT DIKALANGAN MAHASISWA
TERHADAP KARYA SASTRA
Oleh: Lena*
Saat  kita berbicara tentang sastra tentunya kita harus tahu terlebih dahulu tentang pengertian dari sastra itu sendiri. Istilah sastra menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, sastra adalah: bahasa yang dipakai dalam sebuah tulisan; karya tulis yang memiliki nilai seni. Adapun jenis karya sastra juga beragam mulai dari prosa, drama, dan puisi.
Tentunya semua jenis karya sastra tersebut menyimpan cerita yang menarik yang berkaitan dengan sejarah perkembangannya dan memiliki kesan tersendiri dihati penikmat karya sastra. Karena sastra yang baik adalah sastra yang memnpunyai arti  bagi pembacanya. Unsur estetika yang indah dan bervariasi dalam bahasa yang terdapat dalam sastralah yeng menjadikan sastra begitu menarik.
Jika dibahas atau dianalisis secara mendalam. Karya sastra seakan tidak ada habisnya untuk terus disimak dan dibahas. Karya  sastra juga seakan tidak mati di makan zaman. Dan sastra mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia.
Jika kita menilik sejarah perkembangan sastra di Indonesia tentunya kita akan takjub dengan banyaknya karya-karya sastra Indonesia yang telah dilahirkan oleh penulis karya sastra tersebut. Baik dari Angkatan Balai Pustaka Sampai Angkatan tahun 2000-an. Termasuk perkembangan dari aliran-aliran sastra yang ada hingga saat ini. 
Karya Sastra juga seperti terus terpelihara dan terjaga dan memiliki komunitas pembaca tersendiri mulai dengan adanya karya-karya sastra yang tergolong seperti karya sastra klasik, sastra modern dan sastra kontemporer. Karya sastra akan tetap terus dilahirkan selagi masih ada penulis melahirkan karya sastra  dan pembaca yang baik. Melihat respon masyarakat yang baik terhadap setiap hadirnya karya sastra itu artinya akan terus ada harapan untuk karya sastra tetap bertahan hidup. 
Pembaca yang baik juga tidak terlepas dari sekadar aktivitasnya sebagai pembaca. Pembaca karya sastra yang baik juga mampu mengapresiasikan karya sastra. Apresiasi terhadap karya sastra adalah salah satu bentuk kontribusi pembaca terhadap karya sastra yang dicintainnya. 
Tanpa kita sadari dari kecil kita sudah mengenal sastra. Coba kita perhatikan dari pengalaman kita semasa kecil dulu. Saat kita  kecil orang tua atau ibu kita sering membacakan dongeng untuk kita saat sebelum tidur. Saat kita mulai mengenal pendidikan di Sekolah Dasar kita juga diperkenalkan dengan karya sastra. Baik dongeng, cerpen, puisi dan karya sastra yang lain yang sesuai dengan kapasitas kemampuan siswa sekolah dasar.
Masih membekas di hati dan ingatan saya pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, ada pelajaran tentang puisi yang berjudul “Pak Pos”. Kami semua siswa pada saat itu mendapat penjalasan tentang puisi, diajarkan bagai mana membaca puisi, dan ditugasi menghafal, menghayati dan tentunya diperagakan didepan kelas. Saya sangat senang sekali pada saat itu, saya berhasil menghafal dan memperagakannya didepak teman-teman satu kelas saya.
Dan yang lebih membuat saya bahagia dan bangga pada saat itu adalah ketika saya mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari teman-teman saya.  Beberapa bait kata yang terdapat dalam puisi tersebut masih dapat saya ingat hingga saat ini. Sungguh menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi saya.
Sebenarnya ada sesuatu yang membuat saya begitu terkesan pada puisi tersebut dan pada akhirnya tidak hanya sekedar ikut berpartisipasi biasa dalam mengapresiasikan karya sastra tersebut. Pada saat itu saya sangat terkesan dengan perjuangan seorang petugas pos, dalam perjuangan menjalankan tugasnya mengantarkan surat. Ditambah lagi dengan pengalaman saya yang selalu menantikan kehadiran pak pos setiap hari dengan harapan pak pos datang membawa balasan surat dari sahabat pena saya.
Dari pengalaman mengenal karya sastra yang sederhana itu, lambat laun saya mulai menyukai karya sastra yang lain. Saya mulai membiasakan diri unttuk membaca. Walaupun bacaan saya baru terbatas karya sastra dengan jenis cerita tertentu yang menarik untuk saya baca.  
            Pada akhirnya saya masuk ke dunia kampus. Selain saya tenggelam dalam urusan akademik, menikmati kesempatan menimba ilmu, belajar dengan baik, serta menyelesaikan tuga-tugas perkuliahan dengan baik. Saya sangat menikmati  itu dengan baik.
            Lalu, bagaimana dengan pengetahuan sastra saya selama ini? Tentu  saja pengetahuan dan pengalaman saya sebagai pembaca sastra selama ini saya jadikan pengentar dalam mempelajari sastra lebih jauh lagi. Saya ingin mengetahui dan mempelajari sastra dengan baik. Walau pendidikan yang saya tempuh tidak sepenuhnya mempelajari tentang sastra saja. Setidaknya saya masih mempunyai kesempatan itu.
            Kepedulian saya terhadap sastra selama ini membuat saya ikut memperhatikan “tempat” sastra dilingkungan di sekitar saya. Apakah sastra mempunyai tempat yang layak? Atau bagaimana tanggapan orang-orang disekitar saya mengenai sastra? Apakah mereka menyukai sastra seperti halnya saya atau tidak?. Dan ternyata minat mahasiswa mengenai sastra masih rendah.
Permasalahannya adalah banyak diantara mahasiswa yang tidak atau belum menyukai karya sastra. Jika ditanya alasannya,  sebagian mereka berpendapat tidak mau tahu tentang sastra, sastra itu rumit, sulit di mengerti, bahasanya tinggi, intinya tidak suka pada karya sastra. Dapat dipahami alasan mengapa mereka tidak menyukai karya sastra, mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah tidak suka atau belum disebabkan karena tidak diimbangi dengan budaya membaca yang baik dan belum tahu bagaimana rasanya menikmati karya sastra.
            Memang tidak mudah menyimpulkan demikian. Semua hanya asumsi sementara saya setelah melihat respon dari orang-orang disekitar saya dilingkungan akademik. Jika ditanyai atau diajak terlibat dalam pembicaraan atau pembahasan mengenai sastra. Tetapi peluang yang menyukai sastra juga masih banyak. Namun belum dapat di gambar kan dengan persentasi dalam bentuk angka.  
            Tentunya itu menjadi hal yang memprihatinkan jika mahasiswa yang dimaksud adalan mahasiwa yang bergelut di jurusan bahasa dan sastra. Ini yang membuat saya tergelitik. Tentunya ini bukan permasalahan yang sepele. Itu artinya kita mempunyai tugas yang berat dan dibutuhkan upaya yang besar untuk dapat membangkitkan kembali minat mahasiswa terhadap sastra.
            Dalam kegiatan akademik atau kegiatan belajar mengajar dalam mata kuliah tentang sastra, tentunya saya berupaya untuk melibatkan diri didalamnya. Saya berusaha untuk berkontribusi didalamnnya, meski yang saya lakukan belum bisa dikatakan hal yang besar, setidaknya saya berupaya melakukan yang saya mampu. Contoh kecil yang saya lakukan adalah pada saat mata kuliah mengenai sastra ada aktivitas menonton Film yang diadaptasi dari karya sastra dalam bentuk cerpen atau novel.
Saya pilihkan film dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan situasi dan kondisi. Lalu saya siapkan karya sastra dalam bentuk asli (tulisan) sebelum diadaptasi. Saya mempersiapkannya terlebih dahulu sebelum kami melakukan aktivitas menonton film.
Setelah intu barulah kemudian kami melakukan aktivitas mambahas apa yang telah kami simak bersama. Kami melakukan aktivitas menilai, membandingkan dan lain-lain. Hal ini memberikan sedikit hasil yang baik. Diantaranya ada teman-teman saya melihat ada yang mulai terlihat tertarik dan ikut berpartisipasi didalamnya meski sebagian juga terlihat dengan respon yang biasa.
            Mungkin kita harus membuat sebuah kegiatan yang lebih serius lagi demi membangkitkan minat mahasiswa terhadap sastra. Pemerintah dan orang-orang yang terlibat di dunia pendidikan dapat bekerjasama dengan baik. Harus lebih serius membuat event-event acara yang berbau sastra. Baik itu berupa seminar, pelatihan, perlombaan dan kompetisi terbuka mengenai sastra. 
Saya sependapat dengan penyair asal Semarang sekaligus menjabat Sekretaris Dewan Kesenian Jawa Tengah, Gunoto Saparie yang mengusulkan kepada Badan Pengembangan Kementrian pendidikan Nasional agar menyelenggarakan pemilihan duta sastra, pernyataan beliau dimuat di suara merdeka 24 Mei 2011. beliau berpendapat “duta sastra ini sangat penting bagi upaya pemasyarakatan dan peningkatan apresiasi sastra dikalangan masyarakat”.
            Dengan diadakan kegiata tersebut akan kian memicu minat mahasiswa untuk mengenal sastra lebih jauh. Maka akan membuka jalan bagi mahasiswa untuk berminat menyukai karya sastra. Jika mahasiswa sudah memiliki minat terhadap sastra diharapkan mahasiswa dapat tertarik, kemudian akan ada harapan mahasiswa terlibat dalam kegiatan mengapresiasi sastra dan kemungkinan besar akan ada harapan baru, yaitu mahasiswa mampu melahirkan karya sastra.
  
(* penulis adalah mahasiwi semester lima, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di Universitas Baturaja. tlisan ini di buat sebagai syarat mengikti kompetisi Duta Bahasa)

Rabu, 14 Maret 2012

Cinta dalam bahasa ekonomi

Cinta dalam bahasa ekonomi


Aku tidak ingat kapan pastinya cinta kita termarger
Aku merasakan perkembanganya setiap detik
Sehingga menjadi who sailer
Dan tidak mampu ku likwidasi
Karna engkau telah melikwiditas padaku
Aku suka aksi rentabilitasmu
sehingga aku yakin saham cintamu sudah tertanam di hati ku
Menghadirkan swadaya
Meski engkau berada di Bulag dan aku di Dulog
Tapi, engkau meyakinkan aku bahwa kita mampu menjaga dupoli cinta kita
Simple seperti giral, namun tak bisa di obral seperti cartal
Tak perlu makelar dan obligasi.. Karna kita sudah menjadi consolidation yang indah

lena munzar,
bta, 14.03.'12/10:37

Di mulai pagi ini...

Di mulai pagi ini...



Mungkin kemarin masih terlihat torehan duka yang tersisa

Luka yang belum selesai terbasuh

Setelah sekian lama

Pagi ini aku menyadari

Cerita ini harus diakhiri


Sekarang aku berdiri

Di atas kaki dan hatiku sendiri

Ku susun kembali mimpi-mimpi yang terlewati

Ku biarkan engkau berlalu pergi

Terima kasih Tuhan, Engkau berikan pagi yang indah ini..




Lena Munzar
Bta, rabu 29.02.2012.
07:45 wib

Menanti Pagi

Menanti Pagi



Daunku jatuh di tanah kering,
Sendiri nyaris mati,
Sunyi bersembunyi ditemani melodi sepi,


Merintih, menatapi yang pergi bersama senja,
Perlahan namun pasti


Kalau saja tak berjanji bertemu pagi, tak akan ku bertahan seperti ini...


Lena Munzar
Meja kerja, Bta
Rabu, 29.02.2012
07:08 wib.

Aku jatuh cinta pada hidup

Aku jatuh cinta pada hidup


Aku jatuh cinta pada hidup
Dengan segala bentuk keindahan dan kenikmatan ragam rasa
Semua dalam bingkisan yang di ukir pada kanvas oleh Penciptaku dalam keselarasan yang menyatu padu jadi satu
Warna dan hidup
Aku jatuh cinta pada hidup
Awan, alam mengajarkan aku mengeja dihadapanku
Menadah rintik hujan, titik embun...


Lena Munzar (dalam buku antologi 'Simfony Munajat Pada-Mu'. FLP Sumatera Selatan, 2010)