Kamis, 09 Agustus 2018

Hujan


Hujan
Lena Munzar*


       Hujan adalah hal yang sederhana tapi bisa membuatku merasa bahagia karena kehadirannya. Entah sejak kapan aku mulai menjadi pecinta hujan. Pluviophile. Rasanya tak cukup kata untuk menggambarkan kekagumanku pada hujan. Dulu aku berpikir kalau aku orang yang aneh karena suka sekali memandangi hujan. Tanah kering yang disentuh hujan menebarkan aroma khas, lambat laun menjadi basah, dan mengubahnya menjadi udara dingin yang menyejukkan memberikan nuansa yang berbeda di hatiku.

       Aku suka sekali melihat langit saat mulai mendung, semakin berat, dan semakin gelap. Membuat perasaanku bahagia, pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Aku merasa damai saat menyaksikan hujan turun. Saat tetes-tetesannya mulai jatuh ke bumi, nada kecil mulai terdengar, irama alam mulai dimainkan, semakin lebat maka semakin indah. Tak peduli ditemani petir sekali pun. Bagiku bagai sebuah kolaborasi orkestra yang sempurna. Seperti sebuah alunan simfoni yang mengalun merdu. Sungguh suara hujan adalah irama yang paling indah bagiku.

       Aku tidak pernah mengutuk hujan hanya karena berdasarkan kepentinganku saja. Jika hujan seharian aku selalu ada banyak cara untuk menikmati hujan, meringkuk di dalam selimut menariknya sampai dagu, mendekap dan berteman dengan udara dingin yang menentramkan, membaca buku, menciptakan ide tulisan, mendengar musik ditemani secangkir coklat panas, memandangi hujan di balik jendela sampai tetesannya yang terakhir. Keesokannya aku masih menyempatkan menyapa sisa hujan kemarin yang jatuh lembut dari ujung ranting dan daun. Sungguh semua itu membuatku bahagia.

       Allah memberiku banyak cinta melalui hujan. Bagiku hujan adalah suasana paling romantis di dunia. Aku suka berlama-lama memandangi hujan, baik dari balik jendela mau pun di jalan. Hujan menebarkan perasaan nyaman. Bagiku hujanlah yang sangat memahami perasaan dan suasana hatiku. Aku tak butuh banyak teman yang berpura-pura mengerti aku. Cukup hujan saja. Di mana pun dan kapan pun saat hujan turun rasanya aku ingin selalu bisa melebur menjadi satu. Saat aku merasa semua terasa berat, ingin sekali berdiri di bawah hujan berbasah ria hingga kuyup berharap menghanyutkan semuanya. Hilang tanpa sisa. Sering aku menyerahkan hatiku yang tengah terluka untuk dibasuh dan dilenyapkan bersama bebanku. Saat aku sedang bersedih saat itulah aku sangat merindukan hujan. Aku akan menangis di bawah hujan. Menumpahkan semua rasa yang menyesakkan. Memuntahkan semua emosi yang mendera. Dengan rinainya, hujan menyentuh lembut wajahku, menenggelamkan tangisku, menghanyutkan air mataku bersama tetesannya yang suci. Aku akan merasa lega setelahnya. Dengan begitu aku tidak perlu bersembunyi agar ibuku tahu.
   
       Hujan juga salah satu bentuk cinta sang pencipta untuk semesta. Aku selalu memanjatkan doa di setiap rintik hujan yang jatuh menebar cinta untuk bumi. Aku percaya hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa maka kupanjatkan semua doaku, mimpi, asa, dan anganku. Semoga Allah mengijabah semuanya. Aamiin.

       Terakhir, semoga bumi selalu indah dan salam literasi.

Lena Munzar
Baturaja, 8 Agustus 2018 / 19:23 WIB.
* Penulis adalah pengurus dan pendiri FLP Cab OKU
📸 by google

Episode Senja


Baturaja, 28 Juni 2018
📷 by Google