Selasa, 30 April 2019

Catatan Harian Tentor Part IX

Catatan Harian Tentor
Part IX

 

Arti dari Motivasi
     Beberapa hari yang lalu, usai siaga UNBK  sesi pertama, ada siswa yang bertanya, "Mbak, bagaimana kita menghilangkan rasa malas belajar?" tanyanya serius. "Belajar" saya jawab juga dengan tak kalah serius, setelah itu saya tersenyum. Terbaca ekspresinya yang tidak puas. Jelas ia menginginkan jawaban lebih dari itu. Dia tahu itu jawabannya. Tapi yang dia butuhkan bukan hanya sekedar jawaban itu tapi, lebih ke solusi, alasan mengapa ia melakukan, dan bagaimana cara yang ia butuhkan agar ia kembali semangat untuk belajar. Intinya, ke hal yang dapat memotivasinya agar ia punya semangat belajar. Bila perlu bisa dijadikan obsesinya kedepan. Dia memang terlihat sedang di fase titik bingung.

     Sebelumnya, pagi itu saya sedang menanamkan mindset sama siswa di kelas untuk perpikir SAYA BISA tanpa melakukan tindakan kecurangan, percaya pada kemampuan diri, diantara banyak siswa yang sudah "terpengaruh" dan akhirnya bersemangat untuk melaksanakan UNBK, saya sempat memperhatikannya beberapa kali. Ia pokus menyimak apa yang saya sampaikan mungkin sambil berperang dengan pikirannya, yang saya baca saat itu darinya seperti ia sedang berusaha menemukan sesuatu dari apa yang saya sampaikan, ia seperti sedikit terpancing terlihat dari sorot matanya, sikap, dan bahasa tubuhnya menunjukan ia merasa antusias yang timbul dari dalam dirinya yang ingin ia sampaikan tapi seperti tertahan, ia ikut tertawa saat yang lain tertawa, tapi itu bukan itu titik pokusnya. Ia menyimak sambil menceklist apa yang sedang dia butuhkan dan berusaha menganalisis apakah ia bisa temukan jawabannya disini dari permasalahan yang sedang ia hadapi.

     Setelah itu ia menemui saya, ia beranikan untuk bicara sama saya, saya mencoba meresponnya. Ia merubah posisi duduknya mendekat kearah saya, agar lebih jelas. Disitu juga terlihat ia sedang bersemangat ingin membahas ini. Terlihat jelas ia sedang punya problem. Akhirnya ia mulai menceritakan permasalahan yang sedang ia alami. Tapi waktu tak berpihak. Ia harus masuk kelas. Dan saya pun melanjutkan siaga berikutnya. Dan ia ingin melanjutkan cerita yang belum selesai. Tapi karena saat itu sedikit sibuk. Akhirnya tertunda.

       Saat ada kesempatan, keesokan harinya ia kembali mendatangi saya, saya merasa ia sedang tertarik sekali ingin membahas ini. Akhirnya saya beri kesempatan untuk ia menceritakan semuanya. Disela-sela ia menjelaskan permasalahannya, saya berusaha mengajaknya untuk menganalisis keadaan, berpikir, dan berusaha memberi kesempatan padanya untuk membuat solusi dan membuat keputusan sendiri. Menyederhanakan dari kerumitan pikirannya, mengkrucutkan dari banyaknya permasalahan yang berserakan.

        Jika saat ini kita sedang tertinggal jauh, apa yang harus kita lakukan? Mengejarnya meski harus berlari tertatih atau stagnan dan tertinggal? Pilihan ada di tangan kita. Ibarat kita sedang mengayuh sepeda lambat laun kita akan sampai pada tujuan kita. Akan sangat berbeda saat kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus menemukan titik pokus yang harus di lakukan setelah membuat keputusan. 

     Sebenarnya ia tahu apa yang harus ia lakukan karena sedari awal ia sudah membuat keputusan, ia sudah punya alternatif rencana dari semua rencana-rencana yang gagal hanya ia kurang motivasi saja.

   Kita tidak butuh orang lain untuk memotivasi diri kita. Sesungguhnya motivator terbesar dan yang sangat berpengaruh untuk diri kita adalah KITA SENDIRI. 

      Saat keputusan sudah diambil. Jangan lupa perbaiki hubungan dengan Tuhan. Tanamkan konsep penerimaan dalam dirimu untuk menerima keadaan bahwa inilah yang harus saya jalani. Ikhlaslah untuk menjalaninya. Tumbuhkan semangat dalam diri kita, jadikan semua itu obsesi dalam tujuan pencapaianmu. Tanamkan dalam diri bahwa SAYA BISA melakukannya. Ya, saya yakin ANDA BISA. Tetap semangat dan teguhkan hati sampai engkau berhasil mewujudkan obsesimu. Semangat, sekali lagi yakinkan diri, "SAYA BISA".

Lena Munzar
Baturaja. Kamis, 4 April 2019/12.26 WIB.

#Tulisan ini di share sudah seizin yang bersangkutan 😊

📷 by: google

Sabtu, 27 April 2019

Lelaki dan Senja Part III



Lelaki dan Senja Part III

📷 by google

Jumat, 26 April 2019

Catatan Harian Tentor Part VIII

Catatan Harian Tentor 
Part VIII


  Saya tidak tahu hal apa yang menginspirasi dari saya. Tapi, tetap saya ucapkan terima kasih atas apresiasi dari adik-adik semua. Karena diawal saya tidak berharap apa pun, jadi saya tetap pada prinsip, saya tidak akan berjanji untuk berusaha lebih baik lagi. Karena yang selama ini saya lakukan adalah yang terbaik yang bisa saya lakukan. 

     Penghargaan ini juga saya dedikasikan dengan penuh cinta juga buat Intan, Anggi, Kiki, dan Berta. Selamat juga buat semua tentor, kalian juga the best!

     Juga buat Anita yang selama ini yang selalu memaksa saya untuk mengajar, dia yang paling kesal saat saya belum memutuskan untuk jadi pengajar, dia bilang, "Ilmu jangan dimakan dewek, yuk." 


Lena Munzar
Baturaja, 8 Maret 2019

Catatan tentor Part VII

Catatan tentor
Part VII


12 IPA TW 3
    Jujur kelas ini adalah kelas yang membuat saya paaaling bingung. Dulu di awal semester lebih terkesan sedikit "krik-krik" dibanding kelas lain. Masalahnya, mereka terlalu manis dan pemalu. Lebih serius. Sampai-sampai membuat saya salah tingkah, mati gaya, dan pernah ngebleng untuk beberapa menit dan saya harus cepat-cepat menguasai diri. Pernah saking salah tingkahnya saya merasa darah saya berdesir naik ke kepala, saya rasa saat itu mungkin wajah saya sampai terlihat sedikit merona. Responnya slow, bukan slow dalam belajarnya tapi, slow dalam reaksi ke saya. Tapi, setiap saya tanya apa mereka mengerti, mereka bilang mengerti. Saat pembahasan soal mereka bisa menjawab soal dengan baik.

      Kadang saya berpikir apa ada yang salah dari metode mengajar saya atau saya sedikit menyeramkan, kah?  akhirnya saya memutuskan untuk membangun komunikasi individu. Mengamati ekspresi mereka. Manfaatkan momen saat mereka konsul dengan membuka kesempatan mereka untuk mengutarakan argumen, saya bebaskan berekspresi. Setelah saya amati mereka nyaman-nyaman saja. Saat berpapasan di jalan mereka tidak menghindar dan mau ngobrol dengan saya. Oke, fix. Bisa disimpulkan, mereka semua memang pemalu.

       Untungnya di kelas ini ada beberapa siswa laki-laki yang saya rasa cukup membantu sehingga suasana di kelas tidak begitu terasa sunyi, satu siswa sepertinya sering saya lihat sering ngikut di kelas sebelah. Entah sudah resmi diterima di sana atau tidak. Juga beberapa siswa selama semester kedua ini jarang terlihat masuk di jam saya. Tinggal dua siswa lagi yang biasanya lumayan aktif. Dua anak ini tidak rusuh seperti kelas lain, cukup kritis, namun sopan. Kehadiran mereka berdua ini cukup membantu membuat suasana kondusif apalagi saat sedang membahas soal. Kalau tidak ada mereka, isinya hanya siswa cewek yang manis-manis dan pemalu ini. Asli keluar kelas saya butuh "aqua" agar bisa tetap konsen di kelas selanjutnya dan akhir-akhir ini saya merasa cukup dekat  dengan mereka. Oh, no! Mengapa saat mulai marasa dekat justru  menjelang perpisahan.


12 IPA TW 4
    Siswa cewek di kelas ini hobi banget cerita dan seperti gak ada ujungnya. Sebenarnya saya tidak keberatan kalau mereka ngobrol tapi, saat saya menjelaskan saya harap siswa dapat sportif menyimak penjelasan saya dengan baik. Untuk metode mengajar saya tidak mau terlalu diktator, memangkas kreatifitas siswa berekspresi dan membuat suasana kelas menjadi tidak tidak nyaman. Dengan saya masuk kelas mereka, diterima dengan baik, mereka tidak malas-malasan menerima saya, dan tidak menolak kehadiran saya. Itu sudah cukup.

   Saya sadari mata pelajaran Bahasa Indonesia memang  terasa sedikit membosankan kalau tidak berusaha menyukainya, akan terasa berat mempelajarinya, ya, minimal diterima dulu, ditambah lagi jika guru atau tentornya menyeramkan. Sudah, selesai. Saya yakin mata pelajaran ini positif tidak akan disukai siswa. Saya maklum jika banyak siswa yang tidak begitu menyukai mata pelajaran yang saya ajar ini. Walau terkesan sepele tapi bisa dikatakan cukup penting. Coba dibayangkan kalau tidak ada bahasa, seperti apa kita berkomunikasi, dan bayangkan jika tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia, bagaimana kita mempelajari disiplin ilmu yang lain? Oleh karena itu, mata pelajaran ini bisa dikatakan penting. So, belajarlah menerima dan menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, ya.

   Kembali membahas karakteristik personal kelas ini. Kalau siswa ceweknya hobi cerita kayak ibu rumpi, berbanding terbalik dengan siswa laki-laki di kelas ini. MasyaAllah mereka anak-anak yang soleh. Pernah saya berpapasan dengan mereka di lorong masjid tempat tinggal saya dulu. Tempat tinggal yang sangat berperan membentuk kepribadian saya seperti saat ini. Sepertinya mereka habis salat ashar di sana. Membuat saya kagum sama mereka. Satu siswa laki-laki di kelas ini cukup akrab dengan siswa cewek yang kayak ibu-ibu rumpi. Hobi juga bercerita. Kelebihannya anaknya ramah, sepertinya nggak ada dia nggak rame. Dan satunya lagi ada siswa yang agak nyeleneh. Saya sering gemes banget sama dia. Kalau jam masuk kelas 14.30 jarang saya temukan dia sudah ada di kelas sebelum saya masuk kecuali memang kelas mereka sudah ada kelas sebelumya. Minimal tiga puluh menit dia terlambat. Untung anaknya lumayan keren dalam bidang pelajaran. Kalau tidak Mbaknya ini keluar diktatornya Hitler untuk mendisiplinkannya.

     Ada hal yang mengagumkan dari siswa cewek di kelas ini. Saat pertandingan futsal, mereka sangat tangguh. Walau baju sudah basah oleh keringat, wajah sudah semerah saga tapi tetap semangat. Menang kalah tidak masalah. Saya tetap kagum dengan mereka. Ada momen drama dari kelas ini. Kalau lagi romantis melanda, mereka baca soal saja seperti sedang berpuisi. Ada satu insiden, saat saya salah menyebut nama salah satu dari mereka. Langsung diralat. Haha ... iya, maaf. Entah kenapa saya sebut dia Yusuf. Ah, maafkanlah Mbakmu yang suka lupa nama ini karena bukan tipe  orang yang hafal nama. Jangankan namamu, nama mantan saja saya sering lupa, eaaa....


12 IPS TW 2
     Kelas yang jumlahnya anggotanya paling sedikit hanya enam orang. Membuat saya mudah memahami dan mengenali mereka. Di awal saat mereka masih tergabung di kelas sebelumya. Saya sempat memperhatikan mereka semua termasuk ekspresi mereka.

  Di awal pertemuan itu ada juga yang membuat saya tertarik langsung berkomentar, salah satu dari mereka mirip dengan artis korea, Song Jae. Sekali lewat. Dua kali lewat, sedikit mirip, tiga kali lewat udah nggak lagi, mirip kayak anak SMA pada umumnya. Saat kelas mereka masih bergabung, kebanyakan mereka duduk di baris depan. Sedikit kaku, singkuh, dan malu-malu. Mungkin karena belum saling kenal, minoritas, dan beda sekolah.

   Setelah dipisah barulah karakter mereka terlihat jelas. Awalnya sih masih harus di pancing untuk berkomunikasi, lama-lama mungkin setelah mereka merasa nyaman, barulah mereka mulai berani berekspresi. Lebih leluasa menyampaikan pendapat dengan terbuka. Mereka semua secara umum adalah pribadi yang ramah, kompak, dan hangat. Walaupun anggota kelas sedikit, kelas tetap terasa ramai, kok. Soal pemahaman dalam proses KBM mereka semua bisa dikatakan ketjeh. Saya tidak pernah meresa keberatan saat harus ditumbalkan terus mengajar di kelas ini.

Spesial, Edisi Penutup Catatan Harian Tentor Untuk Kelas 12



Kelas 12 IPS TW 1
     Pasca acara BTA70 mencari bakat ada insiden di kelas ini. Again, dan terjadi lagi kisah lama terulang kembali. Di sela-sela euforia acara kemarin terselip insiden yang membuat saya merasa sedikit kesal. Di luar masalah siapa yang salah dan siapa yang benar. Ada yang main-main, ada yang tersinggung di antara mereka. Saya khawatir jadi berantem. Saya memilih buru-buru keluar kelas untuk menghindari kelas jadi rusuh. Sepanjang sesi selanjutnya saya berusaha menghibur diri. Gpp, Len. Mereka hanya bercanda. Nanti juga baikan lagi. Selesai sesi kedua. Saat saya sedang mengisi laporan agenda tentor. Saya melihat dan memperhatikan mereka keluar satu per satu dari ruangan sambil menunduk dan berlalu. Saya sempat bertanya-tanya, tumben mendadak jaim.

  Beberapa hari kemudian saat saya kebagian jam mengajar malam. Di luar sembari menunggu adik saya menjemput. Salah satu dari mereka menghampiri saya, ada sesuatu yang mau disampaikan nih sepertinya tapi, susah diungkapkan dengan bahasa verba. Sambil senyum-senyum simpul, yang satunya datang, disusul juga dengan yang lainnya. Yang satu ini serius sekali, sambil mengembalikan buku yang ia pinjam. Ia memberanikan diri untuk meminta maaf. Sesaat saya sempat berpikir maksudnya apa? Sambil memahami keadaan itu saya memperhatikan yang lain untuk mencari jawaban. Siapa tahu ada hal yang bisa saya simpulkan. Sampai akhirnya ada yang menjelaskan, "Ayo, ngomonglah. Katonyo lah janji nak diselesaikan secepatnyo..." akhirnya yang dimaksud menyampaikan permintaan maafnya. Saya baru ngeh. Oo, ini berkaitan dengan insiden kemarin? Hahaa ... saya pengen ketawa. Jujur saya sudah lupa. Ya, sudah. Anggap saja sudah selesai. Saya hargai itikat baiknya. Saat saya jalan ke arah adik saya yang sudah menunggu dipinggir jalan, salah satu dari mereka bilang sambil sedikit teriak, "Mbakk ... minta maaf..." saya balas dengan seyum manis. Oo, so, sweet.

  Oke, shock terapi buat mereka berpengaruh juga rupanya. Sebenarnya kesal saya hanya saat itu saja. Bagaimanapun mereka dan seperti apa pun tingkah mereka, saya tetap peduli sama mereka dan tidak akan merubah apa pun. Marah ini bukan bentuk kecewa tapi bentuk kekhawatiran saya. Kalau kalian bilang, "Jangan khawatir, Mbak. Hanya bercanda" oke, saya akan berusaha percaya. Masa kebersamaan yang hanya tinggal beberapa waktu lagi. Saya tahu, pada akhirnya masa kebersamaan ini akan selesai, kalian akan memasuki fase berikutnya, akan berlalu, dan mungkin nanti kalian akan lupa dengan saya. Yang saya inginkan saat ini adalah suasana yang menyenangkan dan meninggalkan kenangan indah.

       Thanks ya, untuk sang komando kelas ini yang selalu datang pertama dan berinisiatif mengkoordinir teman-temannya untuk segera datang, maaf, ya buat yang sering kita "tumbalkan" untuk baca soal, kita bukan membully tapi membantu konsentrasimu biar tidak ngantuk biar bisa pokus belajarnya, thanks juga yang ngakunya nggak pernah bosan kalau saya masuk kelas kalian terus, thanks juga untuk siswa yang manis, rajin dan tekun belajarnya di kelas, juga buat yang minggu ini bikin saya sedikit emosional karena tidak datang siaga.

      Akhir catatan untuk semua kelas XII  IPA dan IPS saya mohon maaf untuk semua hal yang berkaitan dengan lisan dan prilaku saya yang tidak berkenan. Doa saya semoga kalian semua lulus SBMPTN dan sukses di masa depan. Aamiin.

Lena Munzar
Baturaja. Kamis, 21 Maret 2019/18.26 WIB.

Catatan Tentor Part VI

Catatan Tentor
Part VI

       Pasca acara BTA70 mencari bakat
     Bertahun-tahun selama saya jadi juri di berbagai lomba, kadang saya merasa bosan. Kebanyakan peserta lomba menampilkan "warna" yang senada, misalnya, lomba baca puisi baik intonasi dan ekspresi semua nyaris sama. Padahal berpuisi itu tidak mesti harus teriak-teriak dengan suara melengking sampai mengusik gendang telinga, kadang Tuhan dan nabi kita seolah dibentak-bentak, tidak mesti nangis sampai guling-guling juga untuk mengekspresikan kesedihan. Kuncinya membaca puisi dengan baik adalah pahami makna, penghayatan, ekspresi, dan intonasi yang tepat di setiap diksinya.



     Untuk tingkat SMA sederajat akhirnya saya menemukan peserta yang saya cari selama ini yang mampu memberikan warna yang berbeda, dapat membaca puisi dengan baik. Saya menemukan itu pada dua orang ketjeh ini, Saputra Prayoga dan Maulana Khaira Fajri. Dari puisi yang mereka bacakan membuat saya sebagai penikmat puisi ini sangat menikmati puisi-puisi mereka. 

     Seakan saya bisa merasakan jiwa dalam puisi itu lewat penghayatan dan intonasi yang tepat dibawakan oleh Yoga. Gaya semangatnya W.S Rendra berorasi yang menggambarkan bentuk keprihatinan dengan ekspresi yang membakar  disampaikan secara epik oleh Maulana, serasa saya menyaksikan sang penyair yang tengah pentas di Taman Ismail Marzuki. Untuk para pemula yang masih di bangku sekolah, jika kalian ingin belajar berpuisi, belajarlah dari kedua orang ini.


       Saya rasa semua akan sepakat satu kata yang tepat untuk menggambarkan adik ini yaitu, pecah. Aksinya membuat heboh. Mampu menyedot perhatian seisi ruangan, membuat saya terhibur dari rasa jenuh duduk di kursi panas. Aura dan kharismanya mengalahkan para pujangga dengan syair yang melelehkan hati. Momen sangat berkesan saat ia datang ke arah kami dengan gaya khasnya ia sempat melakukan aksi "menembak" kearah saya. Untung saya cepat tanggap langsung ikut improvisasi, saya meresponya pura-pura tertembak dan hasilnya menambah riuh ruangan. Satu momen lagi saya sempat "diancam" sama salah satu peserta lomba juga. Kak Alam salah satu juri ikut ngakak, sampai komen, "Kok, ke Mbak Lena galo, nih jadi sasaran?" hahaa.


  Wajarlah anak ini dipilih menjadi penonton terheboh. Rusuh saja kerjaanya kapanpun dan di manapun. Waktu pertandingan futsal putri kerjaannya komeen terus. Tidak pernah kehabisan bahan. Ia mengomentari Intan, "Mbak Intan ngapo dak ikut, Mbak? Payah. Kalau Mbak Intan ikut pasti menang. Keluarkan Mbak kemampuan ilmu fisika Mbak, hitung dulu. Mengukur jarak Mbak ke bola, pasti pas" kirain cuma Intan, saya juga kena, "Mbak Lena ngapo dak ikut Mbak? Mbak, kan ahli psikologi, baco psikologi mereka Mbak, kalau mereka kelihatan gugup serang Mbak atau Mbak main sambil buat karya sastra Mbak. Baco puisi di lapangan" gubrakkk. Ini anak sama teman-teman satu kelasnya memang pada heboh-heboh semua. Tapi, anak ini yang sangat absurd di antara mereka. Lulus SNMPTN jurusan Ilmu Kelautan, universitasnya di kota yang jaraknya berjuta-juta mil dari laut. Sering di bully teman-temannya, keren-keren ambil jurusan Ilmu Kelautan ujung-ujungnya nanti ternak lele, haha. Setelah lulus kuliah nanti mau ngajari mbak-mbak tentor tentang nama-nama ikan di pasar. Oh, no. Anak SD juga tahu nama-nama ikan di pasar. Ada yang membuat saya salut sama nih anak dan teman-temannya. Kalau untuk urusan saling mendukung teman kelasnya 12 IPA TW2 ini bisa dikatakan keren. Entah itu murni mendukung teman atas dasar solidaritas dan kekeluargaan atau ada udang dibalik bakwan, hehe, pokoknya salut deh buat kelas 12 IPA TW 2, "Salut-salut ... salut-salut ... saluuuut" 

Lena Munzar
Baturaja. Kamis, 21 Maret 2019/18.26 WIB.

Catatan Harian Tentor Part V

Catatan Harian Tentor
Part V



     Ada banyak hal yang ingin saya tuliskan dalam catatan saya kali ini karena begitu banyak cerita yang telah terjadi selama bulan Maret ini. Flashback satu tahun yang lalu, tepat di bulan Maret saya diundang untuk bergabung di Bimbel  BTA70. Itu artinya saya dan Rhona (tentor matematika) secara simbolis lewat tulisan ini merayakan anniversary satu tahun kita di sini. 

     Selang beberapa hari sebelum undangan mengajar itu datang, saya sempat terlibat pembicaraan yang cukup panas dengan salah satu teman saya, ia beberapa kali menyarankan saya untuk mengajar, tapi saat itu saya merasa belum tertarik,  "Ngajarlah, ilmu itu jangan dimakan sendiri, jangan egois, berbagilah!" begitu bentuk reaksi emosi teman saya. Saya rasa malam itu kami tidur dengan membawa emosi masing-masing. Pasca lulus kuliah saya memang lebih suka melakukan kegiatan dan pekerjaan yang cenderung saya sukai. Kerja sesuai passion. Hobi yang menghasilkan.

     Ya, penuh dengan pertimbangan karena saya bukan tipe yang asal-asalan mengambil keputusan. Dari pada tidak bertanggung jawab lebih baik tidak sama sekali. Saya tanya, ini undangan hanya untuk saya atau sistem seleksi? Kalau seleksi untuk mencari yang terbaik itu tidak masalah tapi, kalau seleksinya sekadar formalitas, saya tidak mau kalau ujung-ujungnya tersingkir dari kompetisi yang tidak fair. Buang-buang waktu saja. 

    Pertimbangan lain, tawarannya hanya satu bulan, untuk kelas intensif persiapan SBMPTN. Hanya satu bulan. Ya, anggap saja refreshing dari agenda ngisi kelas online yang padat dan editan yang numpuk saat itu. Setelah saya pikirkan dengan saksama, ini sebuah kesempatan kenapa tidak saya ambil, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba. Ya, berinteraksi dengan siswa selalu bisa memberi saya kesan yang menyenangkan tapi, sebelum resmi bergabung, pihak BTA70 ingin melihat micro teaching dan cara pembahasan soal saya. Selagi itu bukan tes (mengingat saya penderita testophobia) kalau sekadar ingin melihat kemampuan saya, pantas tidaknya saya untuk bergabung di sini. Oke, itu tidak masalah.

     Setelah selesai semua rangkaian itu dilalui akhirnya pada kesepakatan kontrak. Tanda tangan kontrak. Seperti yang saya pikir sebelumnya kalau hanya untuk satu bulan kok pakai tanda tangan kontrak? Ternyata kontrak itu untuk satu tahun ke depan. Itu artinya satu tahun ini saya harus tanggung jawab menjalani ini dengan baik. Itulah cerita awal kehadiran saya di sini. 

     Ada yang datang ada pula yang pergi. Di tahun yang berbeda. Masih di bulan yang sama. Mau tidak mau, saya dan kita semua terpaksa harus merelakan salah satu tentor sekaligus teman yang baik untuk pergi karena panggilan tugas. Ia terpilih untuk menjadi orang yang berkesempatan mengabdi dan mendedikasikan ilmunya di dunia pendidikan nan jauh di sana. Di daerah pesisir. Delapan jam perjalanan dari Baturaja.


     Anggi, bagi saya ia tentor yang unik. Banyak hal yang bisa dikagumi dari kepribadiannya. Pribadi yang disiplin dan tegas demi kebaikan siswa namun menyenangkan sebagai teman baik. Seringkali saya harus banyak-banyak istiqhfar karena rahang saya terasa sedikit sakit akibat terlalu banyak tertawa kalau ada dia.

     Dari awal kehadiran saya, dia sangat welcome. Proses kedekatan kami terjadi saat diklat raker ke Palembang bersama Intan dan tentor-tentor lainnya. Ia tipe pribadi yang semuanya mau perfectsionis dan punya inisiatif yang tinggi. Kalau ada dia semuanya bisa dikatakan aman. Anggi sangat bisa diandalkan.

     Kami berbagi cerita untuk menciptakan suasana yang akrab. Sampai pada akhirnya saya keceplosan membaca karakter kepribadiannya. Sontak saat itu Anggi sangat antusias. Akhirnya keluarlah ilmu psikologi saya. Jujur, bagi saya Anggi pribadi yang menyenangkan. Ada banyak hal yang bisa dijadikan bahan obrolan yang menyenangkan. Wawasannya luas.
Saat saya menyimak apa yang ia katakan ia mengaku malah membuatnya sedikit kikuk, agak salah tingkah, dan berhati-hati saat bicara, ia sampai melontarkan reaksi, "Ngapo, Mbak...?" tanyanya malu-malu  "Lah, kenapa?" saya balik bertanya sambil menggodanya. "Mbak tu pasti sambil membaca sesuatu. Aku paling takluk nian samo Mbak Lena, ni" saat itu juga tawa saya pecah. Hanya ditatap begitu saja sudah kikuk. Padahal saya hanya menyimak saja (ya, sambil membaca,  menganalisa bahasa tubuh, ekspresinya, dan kondisi psikoliginya saat itu, hehe...)

    Anggi, ia sosok menyenangkan. Ia mampu memberi warna dilingkungannya. Saya berharap di mana pun ia berada Anggi tetap akan menjadi sosok Anggi yang menyenangkan. Anggi semangat ya, di sana. Jaga kesehatan. Semoga  amanah dan kehadiranmu beserta ilmunya bermanfaat di sana. 

Lena Munzar
Baturaja. Kamis, 21 Maret 2019/18.26 WIB.

Catatan Harian Tentor Part IV

Catatan Harian Tentor
Part IV

       "Mbak, mana Mbak tulisan tentang kelas kami? Ibaratnya, Mbak kami itu tuan rumah tapi memajang foto orang lain." Protes salah satu dari penghuni kelas 12 IPA TW 2. Hihi ... iya, mbak mengerti. Maksudnya tulisan tentang kelas lain yang di tempel di seluruh ruangan termasuk ruangan yang sering mereka pakai belajar tapi tidak ada tulisan dan foto tentang kelas mereka. Wajar juga mereka tagih, pengambilan foto kelas ini sudah lama, ditulis juga sudah lama. Tapi, terpotong libur dan tertelan kegiatan lain jadinya belum sempat diedit. "Iya, sabar, ya. Tinggal diedit lagi" janji saya, sambil berjanji pula di dalam hati, minggu ini harus finishing naskah ini. Terima kasih, ya sudah mau menunggu tulisan sederhana ini.

       Sensasi mengajar di kelas ini agak sedikit berbeda dari kelas yang lain. Unik. Mulai dari perbandingan siswa laki-laki dengan siswa perempuan di kelas ini sangat jauh. Dari delapan belas, hanya ada dua siswa perempuan. Pernah mengajar kelas malam. Si dua neng geulis itu tidak masuk. Saya serasa ngajar di kelas militer. Untunglah mereka pada sweet, suasana kelas tetap berjalan aman dan kondusif. Untuk soal pemahaman materi, kelas ini bisa dibilang oke, kalaupun ada yang belum mereka pahami mereka tidak jaim untuk bertanya ulang sampai mereka paham. Mengajar di kelas ini memang harus benar-benar detail. Tapi, kalau disuruh mencatat materi yang sudah saya tulis di papan sepertinya ada yang kurang suka, pernah terdengar ada yang nyeletuk. Padahal menurut saya, ada banyak manfaat dari mencatat/menulis materi. Pertama, dalam proses menulis kita secara tidak langsung melakukan aktivitas membaca di dalam hati (membaca intesif) ini sangat membantu kita dalam proses belajar, di mulai proses membaca, menulis akan sangat membantu kita dalam pemahaman materi. Kedua, saat kita mempelajari ulang kita akan dimudahkan dalam mengingat karena secara tidak langsung ada nilai histori dalam tulisan-tulisan yang kita tulis. Apalagi ditandai secara khusus. Karena tidak semua hal dapat kita ingat dengan baik. Saat kita lupa atau daya ingat kita mulai melemah saat itulah catatan atau tulisan kita akan sangat membantu.

       Ada juga cerita menarik dari kelas ini. Ada siswa yang unik. Dia hobi request lagu. Sengaja datang lebih awal. Request lagu untuk di jam relaksasi. Entah memang rajin atau mau menyabotase teman-temannya. Entah jam berapa dia datang. Kalau soal mau request pasti rusuh karena sudah didahului sama dia. Karena sudah sering banget anak ini request akhirnya untuk sementara waktu dia di boikot. Dilarang keras untuk request. Hahaa. Hal lain yang unik -masih dengan anak yang sama- kata teman-temannya dia pernah ngambek nggak mau ngomong. Entah apa penyebabnya, kurang jelas. Satu sesi dia melakukan aksi tutup mulut. Tapi, pas sesi selanjutnya, di sesi saya mengajar anak ini  berbanding terbalik, malah anak unik ini tidak berhenti tertawa, ada saja yang membuatnya tertawa, entah hal apa yang lucu menurutnya. Kalau dia merasa geli sambil tertawa tertahan, wajahnya sedikit memerah. Kadang ini anak tingkahnya juga unik. Di balik semua itu, dia punya nilai plus, dia rajin. Menurut pengamatan saya, dia yang terajin di kelas. Tidak pernah bolos. Tidak peduli hujan. Dia datang. Itu pernah terjadi di jadwal saya ngajar. Hanya satu orang yang datang, yaitu dia. Karena hanya dia yang datang, akhirnya saya bantu tugas sekolahnya yang hampir deadline, mengedit cerpen. Bimbel rasa private dia. Lucunya dia mendadak jaim. Sedikit serius, tidak keluar "uniknya”. Setelah mengenalnya lebih jauh akhirnya menepis penilaian saya selama ini, anaknya lumayan ramah, sopan, dan religi.

       Terakhir, yang menarik di kelas ini ada romansa cinlok di kelas. Hm ... sepertinya cocok di buat cerita FTV. Sempat rusuh pas sesi saya mengajar. Teman-temannya iseng mulai candaan untuk mereka berdua. Seloroh gurauan membuat pecah suasana. Sampai-sampai teman-teman sekelas mereka ini siap membuat rancangan jadi panitia wedding, tidak perlu EO, masing-masing temannya sudah menempa jadi seksi panitia, "Biar hemat dan kekeluargaan," kata mereka. Sampai-sampai ada yang rela jadi tukang parkir di acara juga tidak apa-apa. Gubrak .... yang jadi objek candaan malah senyam senyum aja. Entah benar atau tidak yang di maksud candaan teman-temannya, apa pun itu, Semoga tidak mengganggu aktivitas belajar, ya. Buat semuanya tanpa terkecuali buat kelas lain juga, terus semangat belajar, tingkatkan prestasi dan kualitas diri, semoga nanti kuliahnya sukses, dan pada waktunya nanti saat sudah terjun ke dunia kerja, karirnya juga sukses. Aamiin.

Lena Munzar
Baturaja. Jum'at, 17 Januari 2019/22.56 WIB.