Kamis, 29 November 2018

Caratan Harian Tentor Part III

Catatan Harian tentor
Part III

         IX SMP 
     Di antara semua kelas yang saya ajar SMP dan SMA yang paling menguras energi itu mengajar di kelas IX. Baik R01 atau pun R02. Sama. Sama rusuhnya, sama ramenya, sama ributnya. Untuk tingkatan level disordernya beda tipis, kalau R01 level 9 untuk R02 level 8. Kedua kelas ini pun imbang punya "star" yang super ajaib. Setiap usai ngajar pasti kepala sedikit pusing, kaki nyut-nyut, suara habis, lapar, dan dehidrasi.

     Suatu hari kelas R01 sangaaat rusuh, seakan kesabaran saya serasa diuji. Di belakang siswa laki-laki ribut, ada yang pasang earphone, saya menegurnya dengan berdehem dan tatapan penuh makna, sesaat dilepas earphonenya, hpnya buru-buru disimpan saat saya minta. Kelas hening sejenak, tak lama ribut lagi. Huh ... saya mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Rasa mau marah. Tapi saya sadar marah bukanlah solusi yang bijak untuk dipilih, melainkan bentuk prustasi seorang guru karena tidak mampu mengendalikan kelas.
                  

                                       VS

                 
   Saya putar otak, mereka harus diingatkan. Sisa waktu KBM lima belas menit lagi. Saya buka wacana. Bermula saya lemparkan obrolan seputar siapa saja di antara mereka yang sholatnya sudah lengkap lima waktu, empat waktu, tiga waktu, dua waktu, sampai hanya satu waktu. Mereka cukup sportif menjawab. Saya ingatkan lagi pentingnya sholat karena amalan yang pertama kali dihisab adalah solat. Sesibuk apa pun, semalas apa pun paksakan untuk tetap sholat. Pembahasan saya lanjutkan berkaitan dengan musibah di Sulteng, fenomena likuifaksi, sampai dugaan-dugaan dari prilaku masyarakat di sana sampai terjadinya bencana, mereka mulai exited menyimak.

       Senjata terakhir saya keluarkan dengan mengingatkan mereka untuk tidak menyia-nyiakan waktu, hargai kerja keras orang tua, jadilah anak yang baik, ubahi prilaku yang kurang baik karena kita sudah di akhir jaman, dan belajarlah dengan giat. Saya ingatkan akan tausiah ustad Syeh Ali Zaber tentang air laut yang meminta izin kepada Allah tiga kali sehari untuk membinasakan manusia karena air laut sudah sakit hati kepada manusia yang sering berbuat syirik dan maksiat. Tapi dengan kebaikan Allah maka ditahannya, air laut tidak kuasa tanpa seizin Allah dan saat Allah mengijinkan air laut membinasakan manusia tapi diminta untuk disisakan agar manusia bertaubat.

   Bukankah Allah mahabaik, ya. Tapi jangan lengah walaupun kita jauh dari tempat dan kemungkinan terjadinya bencana seperti tsunami tetap kita harus banyak-banyak bertaubat. Allah Mahakuasa. Jangan lengah dan lalai. Sejenak saya takjub melihat mereka semua dengan hikmat menyimak apa yang saya sampaikan. Suasana jadi hening. Saya harap ada yang mereka terima dari apa yang saya sampaikan. Dan sepertinya tujuan saya berbuah manis. Di akhir kelas KBM selesai mereka semua keluar kelas dengan wajah yang saya rasa “sedang” insyaf. Si bintang kelas sampai bilang "Mbak, minta maaf kalau aku ada salah," hahaa … ups! Alhamdulillah, Ya Allah ... saya senang mendengarnya. Hari itu saya berhasil menaklukkan mereka tapi tidak jamin bertahan sampai besok, kalau ngulang lagi, senjata terakhir saya adalah doa, semoga Allah selalu melindungi dan memberi mereka hidayah. Aamiin.

     Satu hal yang sangat saya sukai dari kelas IX pada saat menjelaskan dengan materi cerpen, mereka tampak senang,  mereka bilang suka dengan materi ini karena banyak ceritannya, haha  iya, saya menjelaskan sambil bercerita dan memberi contoh dari unsur-unsur membangun cerpen, saya beri rekomendasi cerpen-cerpen yang baik untuk mereka baca dan saya ceritakan proses kreatif saat membuat cerpen.

     Di balik kegaduhan meraka, mereka tetap punya sisi lucunya yang membuat saya senyum sendiri saat memperhatikan mereka, pada saat relaksasi, saya suka memperhatikan mereka satu per satu, hampir sekelas bernyanyi dengan suara keras mengikuti lagu, lagu yang di request  saat itu lagu Eeeaa dari CJR, haha  ya, satu hal yang harus saya ingat, bagaimana pun prilaku dan tingkah mereka, mereka tetaplah anak SMP, saya harus pahami karakter psikologi di usia mereka. Adik-adik kelas sembilan, yang perlu kalian tahu, Mbak sayang kalian semua. Rajin-rajinlah belajar, kurangi ribut di kelas, ya. Mbak doakan kalian bisa masuk SMA pilihan kalian. Aamiin.

    *Foto kelas R02 diambil dan terlihat tertib diawal KBM, setelah relaksasi ramenya sama seperti kelas R01.

     Lena Munzar
     Baturaja, Oktober, 2018

Catatan Harian Tentor Part II

Catatan Harian Tentor
Part II



     12 IPS TW 1*
     Tulisan ini saya buat setelah materi twinning PUEBI selesai, sedikit melegakan buat saya. Dari kelas ini selalu ada hal yang menyenangkan setiap selesai mengajar. Walaupun kebagian ngajar kelas malam (jam mengajar yang tidak saya sukai) suasana akan tetap menyenangkan. Jujur kelas 12 IPS kelas perdana yang saya ajar di semester ini, kelas pertama yang jadi kelas favorite saya. Karakter personal kelas ini lengkap membuat mereka berwarna.
    Secara umum kesan saya selama interaksi belajar; mereka ramah, hangat, seru, punya semangat belajar yang baik, daya serap dan nalar bagus (di banding dengan kelas IPS kelas intensive semester lalu), menghargai, teliti, kritis-dalam koridor yang sopan-dan rasa ingin tahu yang tinggi.
     Pernah kelas ini rusuh, masalahnya, rebutan baca soal waktu pembahasan soal latihan, situasi saat itu membuat saya merasa sedikit khawatir dan merasa bersalah, di satu sisi saya menghargai niatnya yang berinisisatif saat giliran baca soal sudah habis, saya menyetujuinya, tapi di satu sisi teman-temannya ingin kembali keurutan awal, kelas ramai dan terjadilah kondisi yang tidak nyaman, suara saya tenggelam, saya berusaha menenangkan kelas walau pada akhirnya suasana bisa dikondisikan tapi saya jadinya kepikiran sampai ke rumah. Saya khawatir kalau masalah ini akan berlarut, pas keesokan harinya saya dapati mereka sudah damai lagi seperti tidak ada insiden sebelumnya. Huft, Alhamdulillah  membuat saya merasa sedikit  lega. Sering banget candaan di kelas ini membuat saya sedikit khawatir, ada salah satu dari mereka dijuluki "blacky" karena ia punya kulit yang eksotis dan hobi pakai kaos hitam, seperti biasa kelas akan menjadi ramai, saling balas olokan, perang argumen, untunglah ia berjiwa besar jadi hanya sebatas candaan saja tidak lebih dan yang lain juga sportif. Saya sering ingatkan untuk tidak ambil hati, kalau bercanda jangan lewat batas, nikmati saja dari segi positif, karena suatu hari nanti saat mereka sudah berpisah bisa jadi  candaan-candaan itu akan dirindukan dan menjadi kenangan yang indah.
     Di sisi lain rasa kekeluargaan dalam kelas ini bisa dikatakan solid walau kadang ada kalanya mereka saling berantem, saling bully, bercanda, saling ledek dengan bahasa dan dengan cara mereka yang khas tapi akhirnya mereka selalu bisa kembali akur lagi. Untuk karakter per individu masing-masing mereka punya karakter menarik dan komplit (saya tebak ini tema yang paling mereka sukai kalau di bahas dari sudut pandang menebak karakter kepribadian)
     Ada beberapa hal yang membuat saya terharu, sama mereka, pernah di menit-menit terakhir setelah KBM selesai, mereka minta bahas diluar materi, mereka paling suka bahas hal yang berkaitan tentang psikologi, saat lagi seru-serunya tiba-tiba bel berbunyi, sesi belajar berakhir dan mereka sedikit kesal minta tambah tiga puluh menit lagi, haha ... dan satu lagi, pas ngajar kelas malam sekitar tiga puluh menit sebelum masuk kelas saya sudah lihat banyak yang datang, di meja CS saya sempat dengar obrolan mereka kalau mereka saling menyatakan diri yang paling duluan datang, ternyata sebelumnya mereka sudah janjian, "Hari ini kita datang cepat yuk, Mbak Lena yang ngajar", Oo ... so, sweet. Kelas ini juga bisa di bilang kelas yang rajin, tak peduli hujan badai mereka tetap akan datang dan semangat mereka terlihat dari ekspresi dan posisi duduk mereka dari awal belajar sampai sekarang.
Untuk kelas 12 IPS TW 1, semangat terus belajar, selalu jaga ukhuwahnya di kelas, ya, dan semangat terus untuk naik tangga ke lantai tiga...

*Kelas ini paling drama saat pengambilan foto, diulang sampai 3 kali.

Lena Munzar
Baturaja, 16 Oktober 2018/23.29 WIB.

Catatan Hati Seorang Tentor Part I

     Temam-teman saya bilang hati-hati kalau sedang bercerita atau bertingkah laku dekat penulis, nanti kamu bisa jadi pelaku atau korban dalam tulisannya. Hahaa ... tapi bagi saya, saya hanya berusaha untuk mendokumentasikan pemikiran dan kejadian dalam hidup saya sesuai peran yang saya jalani saat itu. Ini project perdana saya sebagai tentor yang kebetulan suka menulis yang ingin mendokumentasikan kejadian-kejadian unik dan berkesan. Anggap saja ini hadiah kecil dari saya untuk adik-adik semua di masa perjuangan mereka. Dan semua cerita akan mulai kutuliskan satu per satu....

Catatan Harian Tentor
Part I

    Hari ini satu kata untuk kelas 12 IPA TW 1 hari ini, pecah. Ceritanya minggu ini kami masih bergulat dengan materi Twinning, PUEBI. Saya sadar materi ini berat, dibutuhkan konsentrasi yang baik dan fokus. Untuk fokus dibutuhkan suasana yang kondusif namun menyenangkan. Agar materi bisa dipahami dengan baik.
    Paham. Ya, kunci dan metode belajar yang saya tekankan pada mereka. Saya berusaha tidak menggunakan metode menghafal tapi paham. Setiap selesai pembahasan dari setiap bagian materi saya tanyakan dulu, "Apakah ada masalah atau tidak? bisa dipahami atau tidak?". Saya sangat bahagia dan puas saat saya mendapatkan jawaban "Tidak ada, Mbak," dan "Paham, Mbak." Saya percaya. Hal itu terbaca dari ekspresi mereka, barulah saya akan melanjutkan pembahasan berikutnya.
Selain kedua jawaban tadi hal lain yang saya sukai adalah jika saya berhasil menciptakan kondisi kelas yang  kondusif, hening, dan menyimak saat saya menyampaikan materi. Kalau ada mengantuk, menguap, terlihat mulai bosan, tercyduk curi-curi cek HP atau main HP. Maka, saya akan kasih "hukuman".
     Ini adalah bagian dari metode belajar yang lain secara tersirat, yaitu dengan meminta mereka membahas bagian yang "terlewatkan". Di luar apa yang mereka bahas benar atau salah. Saya memberikan kesempatan pada mereka untuk menjalankan hukuman dengan baik. Setelah itu baru saya akan meluruskan.
     Hal ini membantu mereka untuk terbiasa dan mampu menyampaikan gagasan dan pemikiran kreatif mereka. Kenapa saya minta mereka menjelaskan? Karena dengan proses ini maka konsentrasi mereka akan terbangun dan akan membantu proses pemahaman yang baik. Pemberian hukuman dengan cara yang tidak membuat mereka tertekan. Malah mereka menjalankannya dengan suka cita menjalani hukuman tadi. Keuntungan bagi mereka ada dua, hilang kantuk dan mendapat proses pemahaman yang efektif dan membuat mereka mendapat nilai plus jika mereka bisa menjelaskan dengan baik dan benar. 
    Saya berusaha menggunakan gaya bahasa dan intonasi yang mereka pahami. Sedikit bercanda namun membuat mereka serius menerima hukuman ini. Hal ini berefek, mereka akan melakukan hal yang sama yaitu mencyduk temannya yang sedang  terlewat tadi. Psikologi anak remaja yang suka teman susah dan berbalut candaan. Kadang mereka "menumbalkan" teman mereka yang lain. Selain menghukum yang tercyduk tadi saya juga akan menghukum yang menumbalkan temannya tadi. Maka bisa ditebak, suasana kelas akan kembali pecah.
  Selain menghukum mereka tadi saya sempatkan sedikit waktu ikut menanggapi candaan mereka, rupanya di kelas ini sala satu di antara mereka sepertinya ada yang lagi PDKT, hm  modus, atau sekadar bercanda saja, entah serius atau tidak karena di balut reaksi candaan dari teman-temannya. Sambil saya ingatkan asal jangan PHP. Mereka pecah lagi. 
      Setelah itu kelas harus dikondisikan lagi. Mereka akan sedikit rileks setelah sedikit bercanda tadi. Saya tidak keberatan dengan mengikuti dan membiarkan mereka bercanda sedikit asal saat saya melanjutkan membahas materi mereka sportif menyimak. Selain itu, saya berusaha tetap mengutamakan materi harus dapat tersampaikan dengan baik dan semaksimal mungkin agar tujuan belajar bisa tercapai dengan baik. 
     Terakhir, kesan saya dari tentang kelas 12 IPA TW 1 secara umum; anak-anaknya menyenangkan, daya tangkap dalam menyerap pelajaran baik, kritis, sopan, dan sportif. 

Lena Munzar
Baturaja, 28 September 2018/19:41 WIB.

Kamis, 09 Agustus 2018

Hujan


Hujan
Lena Munzar*


       Hujan adalah hal yang sederhana tapi bisa membuatku merasa bahagia karena kehadirannya. Entah sejak kapan aku mulai menjadi pecinta hujan. Pluviophile. Rasanya tak cukup kata untuk menggambarkan kekagumanku pada hujan. Dulu aku berpikir kalau aku orang yang aneh karena suka sekali memandangi hujan. Tanah kering yang disentuh hujan menebarkan aroma khas, lambat laun menjadi basah, dan mengubahnya menjadi udara dingin yang menyejukkan memberikan nuansa yang berbeda di hatiku.

       Aku suka sekali melihat langit saat mulai mendung, semakin berat, dan semakin gelap. Membuat perasaanku bahagia, pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Aku merasa damai saat menyaksikan hujan turun. Saat tetes-tetesannya mulai jatuh ke bumi, nada kecil mulai terdengar, irama alam mulai dimainkan, semakin lebat maka semakin indah. Tak peduli ditemani petir sekali pun. Bagiku bagai sebuah kolaborasi orkestra yang sempurna. Seperti sebuah alunan simfoni yang mengalun merdu. Sungguh suara hujan adalah irama yang paling indah bagiku.

       Aku tidak pernah mengutuk hujan hanya karena berdasarkan kepentinganku saja. Jika hujan seharian aku selalu ada banyak cara untuk menikmati hujan, meringkuk di dalam selimut menariknya sampai dagu, mendekap dan berteman dengan udara dingin yang menentramkan, membaca buku, menciptakan ide tulisan, mendengar musik ditemani secangkir coklat panas, memandangi hujan di balik jendela sampai tetesannya yang terakhir. Keesokannya aku masih menyempatkan menyapa sisa hujan kemarin yang jatuh lembut dari ujung ranting dan daun. Sungguh semua itu membuatku bahagia.

       Allah memberiku banyak cinta melalui hujan. Bagiku hujan adalah suasana paling romantis di dunia. Aku suka berlama-lama memandangi hujan, baik dari balik jendela mau pun di jalan. Hujan menebarkan perasaan nyaman. Bagiku hujanlah yang sangat memahami perasaan dan suasana hatiku. Aku tak butuh banyak teman yang berpura-pura mengerti aku. Cukup hujan saja. Di mana pun dan kapan pun saat hujan turun rasanya aku ingin selalu bisa melebur menjadi satu. Saat aku merasa semua terasa berat, ingin sekali berdiri di bawah hujan berbasah ria hingga kuyup berharap menghanyutkan semuanya. Hilang tanpa sisa. Sering aku menyerahkan hatiku yang tengah terluka untuk dibasuh dan dilenyapkan bersama bebanku. Saat aku sedang bersedih saat itulah aku sangat merindukan hujan. Aku akan menangis di bawah hujan. Menumpahkan semua rasa yang menyesakkan. Memuntahkan semua emosi yang mendera. Dengan rinainya, hujan menyentuh lembut wajahku, menenggelamkan tangisku, menghanyutkan air mataku bersama tetesannya yang suci. Aku akan merasa lega setelahnya. Dengan begitu aku tidak perlu bersembunyi agar ibuku tahu.
   
       Hujan juga salah satu bentuk cinta sang pencipta untuk semesta. Aku selalu memanjatkan doa di setiap rintik hujan yang jatuh menebar cinta untuk bumi. Aku percaya hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa maka kupanjatkan semua doaku, mimpi, asa, dan anganku. Semoga Allah mengijabah semuanya. Aamiin.

       Terakhir, semoga bumi selalu indah dan salam literasi.

Lena Munzar
Baturaja, 8 Agustus 2018 / 19:23 WIB.
* Penulis adalah pengurus dan pendiri FLP Cab OKU
📸 by google

Episode Senja


Baturaja, 28 Juni 2018
📷 by Google