Minggu, 13 Desember 2009

Artikan...

Artikan...
Hal yang sangat aku imani yang belum sepenuhnya aku lakukan
Baru berupa harapan yang dibangun dari puing-puing kesadaran yang berserakan
adagetaran-gataran menyusup didalam dada
getaran yang mampu melelehkan Kristal bening disudut yang kucari
dari dalam hati yang mengarang dan enggan untuk kuakui
lama menyadari
bahwa diri ini amatlah sangat-sangat kecil dan lemah
tanpaMu penguasa hati…

By : lena munzar ( insan yang baru belajar merangkai kata)

di posting di facebook jum'at pukul 16:39

(Ada yang mau mengartikan Arti dari diksi yang dipilih…?)

Kamis, 19 November 2009

puisi Temani Aku

Temani Aku

Huh...
ku hembuskan nafas berat.
berharap ringankan separuh jiwa yang merapuh...
satu teman pergi,
yang lain datang atas nama amanah.
katakan siapa yang bisa membantuku memikulnya bersamaku,
menghibur hatiku yang sedih.
indahnya senja terbuyar bersama tergoresnya luka.
luka di tangan dan jari kakiku,
darah membasah tak mampu menghadirkan rasa.
sakitkah?entahlah...
ada apa ini? rasa apa ini.



Ya, itu puisi ku yang sempat ku posting di Facebook-ku. ada beberapa komentar sih, walau tidak banyak tapi ya lumayan ada yang mengomentari. itupun hanya dikalangan teman-teman yang mengenal baik aku. walau hasil presentasenya komentar itu kecil dari yang aku kirimkan melalui catatan di facebook. Tapi itu bukanlah masalah yang serius. Disini aku hanya ingin menuliskan cerita atau latar belakang aku ( merasa) berhasil menuliskan sebuah puisi yang sebenarnya adalah gambaran suasana hatiku ketika itu.
ternyata benar teori yang mengajarkan "menulislah apa yang kamu pahami".
walau sederhana tapi setidaknya dan sederhananya aku berhasil menuliskannya.
di mulai dari mencoba nengungkapkan rasa lewat tulisan. di hari itu aku memang bersedih. Huh... ku hembuskan nafas berat.
satu teman yang selama ini membantuku di dunia baruku. ( pekerjaan yang tidak terbayangkan akan menjalaninya).
satu teman pergi, hari itu teman itu pergi disaat aku benar-benar belum siap mengamban amanah-amanah itu.
kepanikan-kepanikan muncul sampai-sampai sore itu aku mengalami sebuah kecelakaan kecil. tanpa terasa telapak tangan dan jari kakiku yang ketika itu benar-benar terluka terkena pecahan kaca. darah, luka itu benar-benar membuat aku tambah bingung. indah senja terbuyar bersama tergoresnya luka.
tapi dibeberapa penggalan kalimat itu ada kalimat yang sengaja di pilihkan kata-kata yang membuat koma puisi itu. dan jika dibaca keseluruhan pembaca dipersilahkan mengartikannya dengan arti kanan atau kiri.
diluar komentar yang tertulis di komentar facebook. ada sebagian yang berkomentar kalau itu puisi cinta. yang ku tulis untuk seseorang, jelasnya gambaran aku sedang patah hati.
ada yang berpendapat tentang dakwah, yang benar-benar amanah. silahkan sah-sah saja. walau sebenarnya akupun bingung ( jujur) menjelaskannya. dan entah mengapa aku memilih diksi-diksi itu.
: )
aku tidak tahu apa ini menyentuh atau tidak untuk orang lain. yang jelas puisi itu sangatlah kata-kata yang penuh makna. dan penting bagiku. hari yang terkesan bagiku. melukiskan gambaran suasana hatiku.
hanya menyarankan menulis menggunakan metode " Menulislah apa yang kamu pahami ". jauh lebih efektif lebih cepat dan lebih indah. setidaknya untuk memudahkan kita menuliskan, melukiskan apa yang akan kita tuliskan tentang gambaran hati kita yang akan kita tuliskan.

Semoga . Amiin.
good luck.
" Semoga bumi menjadi lebih indah "

- lena -



Sabtu, 29 Agustus 2009

LangitMU

Rabb...aku suka memandangi langit luasMu
di malam milikMu
menikmati suasana heningMu
dengan irama syahdu
ku terbangkan
impian, harapan, do'aku padaMu...
dan kuyakini itu...


Bta, "Rumah" pink 3x4
08.08.09 / 11:10

Senin, 22 Juni 2009

Resensi Buku



-->
JUDUL : Catatan Hati Seorang Istri
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : PT Lingkar Pena Kreativa
Tebal : 224 Halaman
Asma Nadia nama pena dari Asmarani Rosalba. Mengawali karirnya sebagai seorang penulis. Ia pun sebagai pencipta lagu saat ia masih di sekolah dasar. Dan akhirnya aktif menulis cerpen, puisi, resensi di media sekolah. Dan mulai aktif mengirimkan tulisan-tulisannya ke majalah-majalah islam. Mulai dari cerita bersambung, serial dan cerita anak mulai tersebar di beberapa media. Peraih banyak penghargaan di dunia tulis-menulis. Profilnya dimuat didalam profil perempuan pengarang, peneliti, penerbit di Indonesia.
Ibu dari dua anaknya yang manis ini pun gigih berbagi ilmu dan pengalaman hingga ke pelosok daerah di Indonesia guna memberikan seminar-seminar, Workshop kepenulisan.
Seorang penulis produktif yang telah menghasilkan karya lebih dari 30 buku dan CEO dalam sebuah penerbitan. Ada beberapa karyanya ia serius mengangkat persoalan perempuan. Terbukti dalam hasil karyanya Catatan Hati Seorang Istri, Cetakan Pertama terbit bulan April 2007 dahsyat dan sangat menyentuh mengalami cetak ulang hanya dalam dua pekan. Best Seller. Menyusul empat bulan kemudian bukunya masih dalam seputar dunia perempuan dalam karyanya Kerenamu Aku Cemburu, Curahan Hati Seorang Istri yang ia tulis Asma Nadia dkk. Mengungkap sisi lain dunia perempuan. Bertema tentang cemburu, Bagaimana memanajemen rasa cemburu kala rasa itu datang tanpa mampu untuk di hindari dengan bijak. Dengan memperlihatkan figur teladan bagi muslimah. Menata cemburu agar islami dengan cara syar’i. Memoleskan emosi dengan cantik di setiap cerita.
Adik kandung Helvy Tiana Rosa ini Selama bertahun-tahun ia mencatat berbagai kisah yang pernah mampir dalam kehidupannya baik pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain, ia kemas dengan sangat menyentuh khas dunia perempuan di dalam hatinya, seraya sambil berdo’a suatu saat nanti ia bisa menuliskanya dan terbukti kini.
Berdasarkan hasil teropongnya yang tidak hanya dalam hatinya pribadi melainkan ia pun mencoba masuk kehati-hati perempuan lain. 25 kisah yang mengharu biru membuat para pembaca ketika sedang menikmati tulisan karyanya hingga mampu membuat ternganga.
Dengan cara yang baik pula ia mampu menghargai para nara sumber dengan sengaja ia menyamarkan. Namun intinya tidak mengurangi esensi dan tujuan cerita, Membantu menemukan ibroh, menyajikan pelajaran hikmah yang dapat di petik.
Catatan Hati Seorang Istri merupakan perwujudan empati dan perekaman Asma Nadia - sebagai seorang perempuan, istri, dan ibu - terhadap perempuan Indonesia.
Buku yang sangat layak untuk di konsumsi bagi siapa saja. Baik bagi perempuan yang telah menikah - istri – sebagai bahan evaluasi dan mensyukuri karunia yang terdapat pada dirinya. Bagi perempuan yang akan menjadi seorang istri di harapkan dapat “cerdas“. Baik hati maupun dalam bertingkah laku. Juga tidak di halangi bari para suami atau mereka calon suami sebagai pelajaran untuk bisa memahami dengan bijak mengenali karakteristik, sifat wanita yang unik. Karena wanita tidak cukup hanya di mengerti tetapi lebih untuk di pahami. Mengenali sisi lain dari perempuan yang mungkin sebagian dari manusia lain menganggap perempuan remeh, tidak berdaya, dan pada tataran tertentu sering dianggap sebagai makhluk nomor dua yang sebenarnya ada sebuah kekuatan yang dahyat yang dimiliki seorang perampuan.
Dalam buku ini pun Asma Nadia sebagai penulis yang berhasil merekam pengalaman-pengalaman, dialog hati, pertanyaan-partanyaan dan ketidak mengertian tentang isi kepala dan sikap laki-laki, kekecewaan, kemarahan, kesedihan dan keputusasaan yang tergabung mewakili potret sebagian perempuan ( baca : istri )
Tak luput ia juga menuliskan harapan membawa pembaca pada kesiapan yang lebai baik ketika kita ( dan para tokoh dalam kisah-kisah di dalam bukunya ) ketika mendapat ujian. Dapat mempertahankan cinta, memulainya kembali, atau bahkan dapat menumbuhkan cinta?. Karna bagaimanapun cinta dalam pernikahan dan rumah tangga itu suci yang harus di perjuangkan.
Dan mengingatkan hidup yang selalu memiliki warna yang berbeda. Mengajak para perempuan untuk memulai menulis, mencatat. Tidak hanya kenangan indah, Tetapi juga berani berfikir tentang beban perasaan, kesedihan, ketakutan, apa saja sebelum terlambat menuliskanya.
Ia berharap perempuan untuk selalu ber’doa dan meminta padaNya. Semoga Allah SWT memberi kekuatan bagi semau hambaNya dan khususnya bagi para perempuan.
( Lena juara 1 Lomba Resensi Milad FLP SUMSEL VIII 2008.
judul buku: Catatan hati seorang istri - Asma Nadia )


-->
Lena: Alhamdulillah...gak nyangka. padahal meteri yang di pelajari untuk meresensi buku masih minim banget dan pertama kali meresensi buku dan ikut lomba meresensi buku.
(Catatan dari dewan juri: dalam meresensi buku jangan ragu-ragu untuk mengungkapkan kelebihan dan kekurangan buku yang di resensi.). Terima kasih.

Minggu, 24 Mei 2009



Untukmu teman

(Brothers)

Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi
Ketika kau menghulurkan tanganmu
Membawaku ke daerah yang baru
Dan hidupku kini ceria

Kini dengarkanlah
Dendangan lagu tanda ikatanku
Kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan
Bersimpul padu

Kenangan bersamamu
Takkan ku lupa
Walau badai datang melanda
Walau bercerai jasad dan nyawa

Mengapa kita ditemukan
Dan akhirnya kita dipisahkan
Munkinkah menguji kesetiaan
Kejujuran dan kemanisan iman
Tuhan berikan daku kekuatan

Mungkinkah kita terlupa
Tuhan ada janjinya
Bertemu berpisah kita
Ada rahmat dan kasihnya
Andai ini ujian
Terangilah kamar kesabaran
Pergilah derita hadirlah cahaya

Sabtu, 23 Mei 2009


Aku kehilangan lagi satu teman yang baik...


jum'at, 22 mei 2009
pukul 16:50 wib

Lututku terasa melamas, pikiranku melayang... terbang ... hilang... kosong.
bumipun seakan tak lagi berputar...

Innalillahi wa inna ilahi raaji'un...

Hanya itu kata yang mampu terucap.
Saat mendapat kabar kalau dia telah tiada. meninggal akibat kecelakaan di dese Tubohan Ogan Ulu.Tabrakan dengan truk yang ternyata masih sepupunya.


Rasa tak percaya aku kehilangan teman yang baik. tak ada tanda-tanda...
Ia masih sholat jum'at di masjid...

Tak percaya melihanya terbujur kaku dengan kondisi bahu patah, rahang patah, juga tulang lehernya patah, wajah lebam...

Johan kusnadi yang keseharian di kantornnya bekerja di puskesmas lulusan perawat gigi, PNS.
di lingkungan masjid dia akrab di panggil kus. Salah satu personil Tim Nasyid Ogan Voice, RISMA Masjid Muhammadiyah yang sudah ku kenal kurang lebih selama sepuluh tahun ini. dan aku memanggilnya "kak Kus".

Cerita singkat saat itu ia pulang ke dusun Blambangan kec, Ulu Ogan. ia pulang ingin melihat keponakanya dari Muara Enim sedang di rumah sang Nenek. segala sesuatu untuk oleh-oleh sudah di belinya. buah, makanan untuk si kecil dan sayur mentah. Selama di perjalanan dia selalu berada di belakang kendaraan sang adik yang kebetulan ke Baturaja membayar pajak motor. Saat berhenti di POM Bensin sempat ia berkata " cepatlah tinggal setengah jam lagi". Padahal jarak yang harus di tempuh masih satu jam-an lagi. pukul 16.00 wib Saat hampir di tikungan fatal dia mendahului kendaraan sang adik. saat luput dari pandangan saat itulah kejadian terjadi.

Tak sempat lagi mendapatinya di rumah sakit, nekat aku ikut berangkat dengan rombongan teman-taman yang lain berangkat jam tujuh malam walau kembali sampai rumah harus jam dua dini hari.

Dia tahu kecil ku, masa jahil-ku, dan saat hijrahku. senyum manisnya menyambutku dengan hangat saat aku memutuskan untuk hijrah dan masuk di lingkaran kecil. yang selalu tersenyum manis saat bertemu, senyuman yang sekarang kurasakan indah bila mengingatnya... senyumanya yang singkat hanya beberapa detik.dalam keadaan apapun, kondisi apapun dia akan tetap tersenyum padaku...

Banyak kenangan terukir indah saat bersama...

Dia seorang teman sekaligus saudara bagiku...

Saat kami kerja gotong royong untuk acara masjid, tak pernah sekalipun ia mengerjakan pekerjaan yang tidak selesai. Perfect.Rajin semua serba bisa.

Masjid seperti rumah kedua baginya.jam sebelas sebelum Dzuhur sudah di masjid.

Teringat pada kebiasan-kebiasaan moment-moment yang kami jalani bersama dengan teman-teman yang lainnya. pun aku tahu kebiasaan-kebiasanya. Saat kami makan Tekwan bareng buatan ibuku yang sering di tambah potongan ayam. kalau bahasa kami menyebutnya tetelan ayam. di singkirkanya dari mangkuk makannya. kalau kami makan dengan lauk danging ayam atau sapi dia hanya pakai telur gorengpun jadi.

Tak pernah marah dengan kejahilan-kajahilanku di masa silam.

Tak pernah kusangka ia akan pergi secepat itu...

Masih ku ingat dengan jelas saat ia mengembalikan buku yang di pinjamnya, saat dua hari sebelum aku kehilagan dia saat aku baru keluar pintu saat pulang kerja kami berpapasan. ia masih sempat memberikan senyumnya. yang tak kusangka itu senyuman yang terakhir untukku...
Satu hal yang ingin di lakukanya untukku... Ia ingin mendekorasi masjid untuk ku pakai saat aku melangsungkan akad nikah...

Sekarang tak adalagi seseorang yang seperti dia, tak adalagi kebiasaan-kebiasaan yang kami jalani bersama dia. Aku dan teman-teman remaja masjid yang lainnya sudah kehilangan dirinya...
Tak lagi kulihat seseorang yang saat bicaranya terlihat sedikit gagap... derai tawanya yang khas... tak ada lagi kulihat seseorang dengan tilawahnya sehabis sholat... seseorang yang melompat sana-sini karna takut dengan kodok... tak ada lagi saat makan bersama dengannya...
tahun ini tak adalagi kebiasaan-kebiasaan indah di bulan Ramadhan, buka puasa, sms hari raya, sms hari lahir...tak adalagi seeorang itu di masjid dan di hari-hari kami.

Ya, Rabb aku tahu ini semua sudah ketentuanmu, Tak ada yang melakukan sesuai kehendak selain diriMu...Rabb terimalah amal ibadahnya... jadikan diakhir waktu kami kelak dengan khusnul khotimah...Amiin...

Selamat jalan Teman...


Lena

Ruang kerja, 24 mei 2009
14:00 pm

Do'a singkat untuk sepasang orang yang ku cintai:

Allahuma firli waliwalidaya warhamhuma robhayani shoghiro...

Rabu, 06 Mei 2009




Saat aku terpuruk sendiri

Engkau hadir menemani


Saat aku bisu


Engkau bicara mengubah hatiku


Saat semua samar

Bantu aku agar semua tampak padaku


aku ingin selalu dekat denganMu


aku ingin memdengarMu
aku ingin membacaMu

Jangan butakan mata hatiku

Jangan tulikan agar aku tak merasa sunyi


- lena
kamar senja, 24.08.2008
03:02 pm

Kamis, 09 April 2009

Lena dulu dan Lena sekarang

Lena dulu dan Lena sekarang



"Ini lena?" dua orang perempuan berpostur tubuh agak gendut itu kaget saat melihatku.


"lena, lahirnya sebotol dulu?" sambil berkali-kali menoleh ke arahku, tak percaya.


"iya" jawab ibuku singkat meyakinkan sambil tersenyum-senyum.

"lena yang berat badanya cuma sekilo?"serunya masih rasa tak percaya. aku hanya senyum-senyum manis sambil mengangguk pelan.


"iya" lagi-lagi ibuku menjawab masih tersenyum menyaksikan keheranan mereka saat melihatku.


"lyang lahir sungsang, tujuh bulan dulu?"


"iya"


"ya, Allah gak nyangka. padahal dulu kecil banget sewaktu lahir sebotol kali.ya...?. sekarang udah besar, cantik lagi"


Ehm...yang diomongin jadi mesem-mesem deh!. :)


"iya. padahal. dulu kulitnya tipis banget sampai-sampai ususnya dalam perut pun kelihatan"


"tapi walaupun kecil nangisnya kuat, jantungnya sehat walau tujuh bulan.." kenang mereka. benarkah dulu aku seperti itu?.


"berapa bulan kemaren di kaca " ( inkubator_maksudnya :p )


"dua bulan"jawab ibuku."belum lagi pas keluar rumah sakit perutnya kembung, terpaksa masuk lagi..." lanjut ibuku.


"lilitan usus ya, sewaktu lahir dulu " tanya ibu yang satu ke satunya.


" Iya. gugup loh aku sewaktu membantu persalinanmu... kecil banget bayinya" mereka terkekeh sambil mengenang.


" nggak nyangka pula kalau udah mau lahir. kan baru tujuh bulan. kirain mules-mules biasa aja. taunya mau lahir..."


"kaki duluan lagi yang keluar"


"sebelah...yang kanan dulu,ya?. baru kiri keluar."


" jahitan berapa kemaren?"


" gak jahitan"


"oh,iya. kan kecil..."


Tertegun aku mendengar obrolan ibuku dan kedua orang perempuan yang berjasa yang akhirnya ku ketahui mereka yangtelah membantu persalinan ibuku sewaktu melahirkan aku.


Satu hal lagi yang membuatku haru. Allah menciptakan anak manusia yang penuh keajaiban di ciptakanNya. contoh kecil yang terjadi padaku. lahir tujuh bulan, sungsang, berat badan hanya 1000 gram, lilit usus yang membuat kebanyakan orang-orang berdecak kagum atas kekuasaaNya. sekarang sehat wal-afiat.


Mulai menciptakan, menjadikanku, menghadirkanku ke dunia ini, dan hingga aku seperti saat ini. Apalagi kalau bukan kekuasaaNya. yang harus membuatku benar-benar mensyukuri hidup ini...


...

Masihkah tampak manis raut wajahku


Masihkah seputih kapas dihatiku


Bilakah tak kukoyak mata hatiku


Oh mungkinkah


Begitu besarnya kasih-Mu untukku


Karunia dari-Mu setiap waktu


Tanpa-Mu tak kan indah jalan hidupku


Tanpa-Mu tak kan mudah nikmat rizki-Mu


Karena-Mu s'lalu bersyukur saat ini


Ku beranjak dewasa


Semoga hidup ini kulalui dengan hati


Yang seterang bintang-bintang indah bertaburan


Tanpa kecewa amarah, prasasangka


oh.Dan semoga selalu kujalani perintah-Mu


Tuhan bimbinglah dirikuPenuh kasih,


Yang Maha Pengasih


Doaku selalu


...


(sherina-ku beranjak dewasa)




Terima kasih ya, Rabb...

Terima kasih atas pelajaranMu

Terima kasih telah memberi orang tua yang baik untukku...

Terima kasih telah membut hidupku indah...





Lena

BTa,meja kerja.

jum'at.10.04.2009/1:33 pm



Selasa, 07 April 2009

Rambut panjang atau rambut pendek,jilbab panjang atau jilbab pendek?

Rambut panjang atau rambut pendek, jilbab panjang atau jilbab pendek?



"len, rambutmu sekarang sepanjang apa?atau pendek kayak rambut pendekmu dulu?"selidiknya.


"lho, memangnya kenapa? apa bedanya rambut panjang sama rambut pendek?"
"nggak sih, kali aja kamu masih tomboy. tapin kayaknya sekarang kamu udah berubah apalagi tambah alim.penasaran... abis gak keliatan panjang pendeknya?"


"...#@?!"



hehe..rupanya teman satu sekolahku sewaktu di SMK dulu penasaran tentang rambutku. rambutku sekarang panjang atau pendek, rahasia dong.!



jadi ingat semasa sekolah dulu.kalau tak salah waktu itu masih kelas satu. kalau mengingat semua itu Dengan sangat menyesal kenapa dulu tak buru-buru berjilbab. jadi masalah kecil tentang rambutpun dulu jadi heboh dan jadi pusat perhatian satu sekolah.

Dulu memang pernah buat suatu riset gimana rasanya berambut pendek. sepertia apa sih tomboy atau feminim itu?


setelah memangkas rambutku jadi set bob.paginya saat sekolah. saat mulai memasuki gerbang sekolah sampai melewati kelas-kalas yang merupakan jalan inti lalu lintas di sekolah sebelum menuju kelasku yang paling ujung. sambil menunggu respon satu detik...dua detik.. tiga... empat... lima... enam...huh capek...belum ada reaksi juga. tujuh...delap...

lenaa?


lho,lena, ya?kok?


woii...lena tomboy...


lena tomboii...


lena prustasii...


lenaa...

Ah... ternyata? seperti ini tomboy?


Akhirnya banyak yang ngikut potongan rambut seperti rambut aku.


Setalah itu kucari terus apa sih sejatinya tomboy atau feminim?

Asal tau aja ya. kalau hanya karena rambut pendek gini udah di bilang tomboy kayaknya keliru deh. asal tahu aja. aku masih terlalu cemen untuk masuk klasifikasi mereka yang biasa di sebut tomboy.


Aku masih sering nangis kalau di marahi mama. masih mudah tersinggung yang artinya sensitif, takut ketinggian apalagi sama yang namanya cacing. Hwaaa...!! ngebayanginya aja ogah. ngak pernah.


Seperti itu kah tomboy?


Orang selalu berkata gadis berambut panjang lebih nampak ayu jika di bandingkan dengan gadis berambut pendek. Benarkah?.


itu dulu. sebuah pemikiran cetek. ingin membuktikan sesuatu tapi merugikan kalau dipikir-pikir untuk saat ini.

malah kebanyakkan mereka memilih si gadis berambut panjang. konon katanya rambut panjang lebih ayu dan menampakkan ciri khas wanita seungguhnya. o,ya?.


Tapi, apa salah mereka yang berambut pendek? bukankah itu hanya sekedar rambut saja? tak semuanya juga gadis berambut panjang bersikap lebih ayu di bandingkan gadis yang berambut pendek. siapa tahu si gadis berambut pendek ini jauh lebih sopan, ayu di bandingkan berambut panjang.


Pada khakikanya kita tak boleh menilai seseorang hanya dari luar. apalagi selintas masalah penampilan rambutnya saja.


kita harus tahu mengapa "ia" mengambil keputusan di balik rambut panjang atau rambut pendeknya.


Siapa tahu mereka punya alasan tertentu. seperti alasan kesehatan. jangan saja karena alasan yang konyol ngikuti Tren, atau ingin terlihat tomboy.


kembali kepada ketulusan hati. cantik hati dan akhlak jauh lebih indah dari pada memandang gadis cantik berambut panjang atau berambut pendek.


sekarang masalah jilbab. bukan bermaksud membenarkan atau menyalahkan.


"eh, len sin 'ahkwat itu' jilbabnya pendek lho.futur kali,ya?"


"iya, kemaren ane sempat liat berapa kali dia kejebak jilbabnya pendek"


"hah..?!" ampun deh nih orang...


"emang sependek apa sih jilbabnya, kok udah bisa di sebut futur?"tanyaku sedikit sewot. mudah banget menilai seseorang futur.


"nggak juga,sih kalau pendek-pendek amat. masih nutup dada. tapi kan jilbabnya itu gak selebar jilbabnya biasanya. kemaren aku liat pas dia ahad pagian di masjid.kemaren sih udah ane sindir-sindirin. dianya diem aja."


Hh...


ini lagi. kenapa sih orang-0rang bisa menilai.Memangnya kalau jilbabnya pendek, futur. kalau panjang, lagi beriman?


kalaupun boleh berfikiran, baikan yang mana antara yang ngomongin sama yang diomongin, mendingan dia walau katanya jilbabnya pendek yang hanya menutupi dada tapi masih mau kemasjid, timbang ngomongin orang...(ups, ini juga lagi ngomongin orang, ya? :p)



Siapa yang tahu kadar keimanan seseorang?



Bukankah, hanya Rabb yang mengetahuinya?


Memang perintah Allah dalam Al-quran :...hulurkan lah jilbabmu hingga menutupi dada.



terlepas dari kewajiban itu kita harus mempertimbangkan perasaan. mengingatkan niatnya baik kalau caranya mengingatkan tidak baik juga akan lain jadinya.



kita tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya.



satu lagi "kayaknya, dia sudah bukan ukhwah kita lagi, udah jarang nongol"



Kitapun tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita esok. akankah baik atau sebaliknya. jangan pernah mudah memberikan "predikat" tertentu atau menilai seseorang dengan "penilaian" tertentudengan mata manusia yang berpeluang banyak kemungkinan untuk salah.



kewajiban kita mengingatkan dengan cara yang baik. setelah itu mendoakan dengan sebaik-baiknya doa agar tetap terus bersama dijalan dakwah. selalu di tetapkan keimanan islam di lisan, perbuatan, dan hati. dan muslim kita selalu.

Allah, ya Rabb... tuntunlah kami selalu dijalanMu yang lurus...




lena

Bta, Rumah 3x4

09.04.2009/9:37 am

Senin, 06 April 2009

Saat saya menjadi "Orang baru" di lingkungan baru

"Orang baru" itulah predikat baru saya saat ini. yang mungkin orang-orang di lingkungan baru saya itu pun menjuluki saya seperti itu " orang baru" pindah.


Memang bukan orang baru lagi mengingat sudah 34 hari saya di lingkungan baru "Rumah" 3x4 yang sebelumnya dari "kamar senja".


Tapi kalau mengingat saat baru-baru pindah kemaren saya mengalami sedikit kesulitan beradaptasi homesick. rasanya semuanya serba kikuk. mau gini, mau gitu rasanya kok jadi canggung karena jadi pusat perhatian para tetangga. bersaapaan dengan tetanggapun masih bernada basa-basi, menanyakan siapa nama anaknya, umurnya berapa sudah berapa lama tinggal di lingkungan ini. kikuk. sampai-sampai melapor ke pak RT pun masih mamaku yang melakukanya. itupun sebelumnya saya nodong mama dulu saaat mama berkunjung sesekali.


Dan rasa bersyukur saya mendapati tetanga yang Alhamdulillah welcome atas kahadiran saya.


Saya penghuni lingkungan yang paling termuda harus pandai-pandai menjaga diri, menyesuaikan diri. segala cara saya lakukan agar aya tak merasakan kaku. saat sebelum kembali mendapatkan pekerjaan baru. saya harus mengakrabkan diri mulai dari saling berbagi masakan yang saya masak yang kadang rasanya kacau. ngobrol dengan obrolan ringan. Syukur kambali terbit syukur Alhamdulillah tetangga saya itu ternyata tipe yang tidak suka bergosip, atau tipe yang suka ngurusin kerjaan orang. Alhamdulillah. setidaknya membantu saya untuk tetap bertahan mempertahankan apa yang selama ini saya pertahankan.


Malah mereka penuh toleransi saat jemuran saya yang tertinggal malah sudah diangkat duluan sebelum saya pulang. padahal saya sudah pulang dengan terburu-buru takut terkena hujan.


YA. Allah maha tahu. menghendaki apapun pada orang yang di kehendakiNya. dan semoga Allah selalu memberikan waktu pada saya untuk terus dapat memperbaiki diri.


Minggu, 05 April 2009

Nyai dan pipi-ku

Sudah tiga hari ini pipi kiri ku sedikit membesar dari bentuknya semula.

Bukan karena gendut. tapi, sedikit bengkak.

Tidak parah tapi tak enak di pandang mata.

Tidak juga terasa sakit.



segala cara sudah di lakukan kompres dengan air hangat, minum obat agar bisa kembali ke bentuk semula dan sehat wal-afiat.

perubahan? ada sih. tapi, dikit.


" ela' ada perubahan ga?"

" Ma, lah kempesan belum?"

" cik, lah mendingan, dak?"


jawaban mereka

" lum"

" mendingan"

" dikit"

yah, lumayan melegakan hati walau sedikit.

"itu na ado nyai(nenek) mintalah jampi dulu." cicikku memberi saran.


degh!!


jauh membuatku lebih kaget lagi dari komentar-komentar sebelumnya.

di Jampi?ogah,ah. mending kabur.


aku udah paham banget dari kecil ajian nyai saat melakukan ritualnya. dulu aku manut-manut aja karena belum ngerti.


" Tak pretun peregam reye-riye. bengkaklah bak lesung lena yang ngeraseinye..."


dulu,iya. sekarang, nggak banget deh... :P




Kita dan Kematian

Kematian



Sudahkah Kita semua tahu bahwa yang paling dekat dengan kita adalah kematian? saking dekatnya bak mengedipkan mata saat kita berkedip.

Sudah tahu kah kita tentang kematian? padahal kematian itu pasti menemui kita.

Apa itu kematian?apakah hanya sekedar berakhirnya kehidupan di dunia?dan melanjutkan kehidupan setelah itu.

Apa persiapan kita untuk itu?

Sudah siapkan bekal kita?

Bekal apa yang akan kita bawa?

Mengapa saya memilih tema tentang kematian? karena akhir-akhir ini saya sering mendapatkan kabar bahwa orang-orang yang pernah hadir dalam perjalanan hidup saya telah meninggal dunia.Satu per satu.

Bulan maret kemaren Pak Salman Al-Farisy guru saya saat masih bsrsekolah di SMP sekaligus ayah teman saya meninggal karena kecelakaan. yang sebelumnya Pak Zainal guru saya juga guru fisika telah berpulang.

Hampir bersamaan dengan pak Salman ada seorang siswi SMU tewas mengenaskan akibat kecelakaan di jalan lintas. meninggal seketika tertabrak truk mobil distributor minyak goreng. Dengan otak berhamburan, dan sempat terlindas truk itu.

Bagaimana kita yang masih hidup? masih bernafas? Dan masih sempat merasakan nikmat-Nya akan kah kita pelajari semua itu? sedangkan dalam kematian itu ada pelajaran yang penting untuk kita.

Sudah kah kita berpikir bagaimana dengan kematian kita? seperti apa kita kelak dengan kematian kita? dalam keadaan bagaimana kita sat kita menjelang kematian kita? dalam kedaan baik atau buruk?

dalam keadaan khusnul khotimah atau su'ul khotimah?

Ajal, rezeki, jodoh dan Balak hanya Allah yang tahu.

dan kita hanya bisa meminta padaNya untuk memohon petunjuk yang sebaik-baiknya petunjuk.

Semoga kita semua kelak meninggal dalam keadaan beriman kepadaNya.

... Bilakah ajal kan menjelang

jemput rindu-rindu syahid

yang penuh kenikmatan

cintaku hanyalah untuk-Mu

tetapkan muslimku selalu





* Haris Isa - Shaffix



dan untuk Ayah tercinta: Maafkan kami anak-anakmu yang belum sempat bemberikan cinta yang baik untukmu. Tapi kami yakin cinta Allah kepadamu jauh lebih baik dai cinta kami kepadamu. Semoga Allah melapangkan kuburmu, menerangi, menerima amal ibadah dan menempatkan tempat yang layak di sisiNya.


Allahuma firli waliwalidaya warhamhuma robhayani shoghiro...


Untuk bunda: Ya, Allah limpahkanlah samudra CintaMu untuk bundaku. Bimbing lah selalu dalam bimbinganMu...


dan beri kesempatan pada kami anak-anaknya kelak dapat merawatnya di usia senjanya dengan cinta kasih yang kami punya.





Selasa, 03 Maret 2009

Kini...

Kini...



Petir tak lagi menggelegar

Menyapa lemah


Matahari bersembunyi

Langit muram

Daun terkulai

Ombak pecah

Bulan kecut


Embun kering


Dan Angin...?

Angin telah pergi


lena

Kamar senja, 22 nop 2007


Jumat, 20 Februari 2009

Kerinduan

[ puisi ] Kerinduan


Tentang Kerinduan Menyergap

jiwa gersang

Hilang tergadai

Terjamah






lena
bta, 04.05.2008 / 1 : 48 pm

Siapa yang Bisa...

[ puisi ] Hei... !

siapa yang bisa menjadi mataku

memegang erat tanganku

menuntun langkah kakiku

Hadang aku !

rampas semua dariku

sebelum aku yang meninggalkan

pergi berpaling pada yang

Menggenggam tanganku

dengan janjiNya yang

mengikatku.




lena.
Kamis, 10.02.2009. / 10:37 pm

[ puisi ] AKU

[ puisi ] AKU

Terlalu cantik untuk diriku

Dikatakan Rembulan

atau terlalu Indah untuk

di katakan Pelangi yang di kagumi keindahan warnanya

Aku, hanyalah tetesan warna

yang baru di tuang sang penciptaku

pada sebuah kanvas...



lena.
Kamis, 19.02.2009 / 10: 27 wib

Minggu, 25 Januari 2009

Perjalanan si kecil FLPcab Oku

Perjalanan si kecil FLPcab Oku

2005

Dampak positif dari kebanyakan membaca karya-karya fiksi akhirnya bisa mengetahui banyak nama-nama penulis kreatif seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Afifah Afrah, Sakti Wibowo, Syamsa Hawa dan sederet nama besar penulis lainnya yang karya mereka sebagian besar sudah kulahap. Membuat diri ini dikuasai rasa takub plus iri dan akhirnya timbul pertanyaan khusus untuk diri sendiri. Apakah aku hanya akan seperti ini terus menerus? Hanya membaca karya orang lain saja? Bisakah aku seperti mereka?bisa membaca sekaligus menjadi penulis?

Kala itu saya sebagai pengelola perpustakaan milik Masjid. Tentu saja memudahkan saya untuk mendapatkan buku-buku yang baik.

Dan akhirnya membuatku menyentuh dunia tulis menulis dan membuatku berfikir untuk menjadi seorang penulis sebagai tujuan hidup di samping tujuan-tujuan hidup yang lain.

Dari pikiran yang tak di undang itulah akhirnya saya berfikir bagaimana caranya agar saya bisa menemukan wadah untuk bisa sama-sama belajar menulis.

Sepertinya Tuhan memperhatikan saya. Sebuah pencarian yang tidak sebentar berhasil menemukan titik terang. Informasi dari seorang teman saya mendapatkan alamat FLP Wil Sumsel.

Tanpa buang banyak waktu saya langsung menghubugi nomor kantak yang tertera di alamat yang saya dapatkan.Yang akhirnya saya ketahui beliau saat itu berprofesi sebagai seorang dokter muda yang cantik dan berprstasi.

Seperti kata pepatah Pucuk di cinta ulam pun tiba. Saya mendapatkan respon dari beliau yang menyarankan untuk segera membuat cabang saja di daerah saya. Karna kemungkanan besar akan sulit untuk bergabung di Flp wil Sumsel yang kemungkinan akan di hadapkan kendala jarak dan dana.

Semangat itu seperti sesuatu yang tengah merasuki dan menguasai saya begitu dalam. Saya mengajak teman-teman untuk membuat flp cabang flp oku yang untuk awal cukuplah Ketua, sekretaris, dan kaderisasi.

Awal teman-teman terdekat yang saya lirik. Dengan cara membujuk, mempengaruhi, bahkan ada yang membuat sampai ancaman mereka sudah saya lakukan. Ternyata sungguh tidaklah mudah seperti yang saya bayangkan. Yang hanya berbekal semangat saja ternyata tidaklah cukup. Bahkan diantara mereka yang saya bujuk, pengaruhi dan yang saya ancam satu persatu mengambil jarak melarikan diri secara halus mundur teratur, bersembunyi, bahkan ada yang sampai lari menghindar saat saya temui.

Down? Tentu iya.

Tapi untuk mendapatkan sesuatu kita harus bekerja keras.dan bolehlah sambil sedikit bermimpi.dan tentunya tidak berminat untuk menyerah. Dan tentunya saya piker DIA pun tak ingin saya berhenti.

Kurang lebih satu tahun berkelana mengembara sendirian mencari seorang teman yang mau di ajak berjuang bersama akhirnya saya menemukanya. Teman yang selama ini yang saya cari. Dewi Annisa Rizky namanya. Yang baru pulang ke kampung halaman orang neneknya yang telah lama ini ia tinggalkan demi menuntut ilmu.

Layaknya baterai yag baru di charge, saya pun bangkit. Kembali mengumpulkan masa. Tentu saja mreka yan mau dan berminat. Bukan kah suatu yang sia-sia kalau kita mengajak mereka yang bisa tapi tak berminat apa lagi yan tidak mau sama sekali.

Setelah semuanya rapi barulah kembali memberanikan diri kembali untuk membuat cabang.

Awal tahun 2007 sebagai awal tongggak sejarah.

Sungguh senang sekali suasana hatiku saat itu. Apa lagi langsung di respon dan langsung diadakanya sebuah silaturahmi yang kurang lebih selama empat jam bersama pengurus FLP Wil Sumsel dan Flp cab palembang.

Setelah mengeluarkan semua rasa, keluh dan kesah yang saya rasakan selama ini. Kembali di hadapkan kembali pada sebuah tantangan. Satu bulan diberikan waktu untuk persiapan pelantikan.

Terpilihnya Dewi Annisa Rizky sebagai kandidat yang dicalonkan sebagai ketua flp cab oku.yan telah memeuhi standaritas status Madya. Dan saya? Tertunjuk menempati posisi sebagai sekretaris tanpa mempertimangkan saya mau atau tidak tapi tetap harus mau.

Kerja keras tentunya, walau peluh membasahi tapi terasa indah. Tidak hanya acara pelantikan tapi kami sekalian membuat perlombaan untuk memeriahkan acara dan seminar kepenulisan yang menghadirka penulis Azzura Dayana yang menggantikan posisi Kang Abik sapaan Habiburrahman El-syirazi penulis yang booming lewat karyanya Ayat-ayat Cinta yang di jadikan bidikan awal bersamaan dengan moment beliau ke palembang.

Lagi-lagi harus tetap semangat kerja keras yang kurang lebih satau bulan itu telah banyak menyita waktuku belumlah selesai sampai disitu. Entah ujian atau kelalaian listrik padam saat acara berlangsung tapi tidak mengurangi, surutnya semangat peserta yang hadir saat itu, terbukti peserta masih tetap keukuh di bangku masing-masing dengan antusias yang tinggi mengkuti acara-acara. ..

Seperti bayi yang baru lahir masih harus belajar banyak. Siap pontang panting mengutus pengurus untuk ikut pelatihan kepenulisan ke flp wilayah.syarat ketentuan agar dapat mengadakan palatihan kepenulisan di cabang.

Alhamdulillah berkat kesabaran maka terwujudlah pelatihan kepenulisan dengan t6ajuk mPelatihan kepenulisan kajian Rutin Kreatif Menulis (kantn krem). Target awal terpenuhi memang dan akhirnya pasrah dengan seleksi alam. Orang-orangpilihan yang berjuang dan punya semangat tinggi walau jumlah hanya sederat jari-jari mewakili angka dalam satu tangan.begitupun yang terjadi pada pengurus.

Perjuangan yang baru dimulai ini kembali di hadapkan pada sebuah kenyataan harus berpisah dengan sebelah sayap yang ingin terbang bersama-sama. Dan kini harus menjalani seorang diri. Tidak boleh bersedih bagaimanapun sayap kiri itu berhak melakukan hal yang harus ia kerjakan terbang ke arah sarang induknya. Diriku di ingatkan lihatlah di samping kiri dan kananmu masih ada sayap-sayap yang ingin terbang bersamamu. Hilangkanklah rasa sedihmu.

Tapi saya tetap bangga dengan pengurus yang tetap semangat berjuang.

Mungkin bayi kecil flp ini butuh tidur siang .

Tapi, Tidak lama kemudian hari bangun untuk menghadiri undangan Silaturrahm Nasional (Silnas flp) 2008. Dengan Tema Sastra hijau, lingkungan dan kearifan lokal di laksanakan di Jakarta. Bagai di bangunkan oleh tangan sentuhan bunda akhirnya terbangun. Kubuka mata dan kulihat dunia. Senang hati bertemu dengan teman-teman seperjuangan dari seluruh Indonesia, bahkan yang berada di belahan bumi yang lain pun hadir.

Walau dengan merangkak dalam berkaryayan selama ini dengan jatuh bangun baik berusaha menulis, mengikuti lomba dan mempublikasikan karya. Dan pengalaman kecil pun akhirnya menghampiri diriku. Sempat lolos karya tulisanku di muat di buletin yang di kelola oleh dunia kampus. Dapat kesempatam mengisi kolom opini.

Tuhan seperti menyambut tangan kecilku. Di beriNya kesempatan satu buah karya yang ditulis dari hati mendapat hasil yang setimpal dengan usaha yang di lakukan. Mendapat kesempatan sebagai peserta terbaik lomba resensi di Milad FLP Wil Sumsel 8.

Tapi ini baru awal perjuangan FLP cab oku bersama teman-teman seperjuangan. Semoga tuhan selalu melimpahkan semangat untuk terus bisa menghadapi, menjalani dan melewati masa-masa sulit dalam belajar berproses.

Jangan biarkan rinai gerimis menyelimuti hati kita. Ukirlah senyum dan semangat dan ketulusan…

Baturaja, 26.01.2009 / 11.45 wib

Kupersembahkan untuk orang tua kami, Teman-teman seperjuanganku di flp cab oku. Tetap Semangatkan jiwa kita !!!


by: Lena

Minggu, 11 Januari 2009

obsesiku...

Obsesiku...

Saat datang obsesiku
ku tak peduli di sekitarku
walau tawa mereka terdengar bingar menggelegar
hanya aku dan Dia yang tahu
yang ada dalam hatiku
oh, sungguh hanya Kau yang tahu
yang ada di hatiku
Tentang pikiranku, angan, dan inginku
walau entah kapan itu...
Saat waktu bersinar
Dalam kesempurnaan
Dan merekapun tertawa
Indah bersahaja
walaw entah kapan waktunya tiba...
By: lena
Bta, ahad. 10 februari 2008 / 11:50 wib


Subhanallah. ..
puisi yang ku tulis beberapa bulan yang lalu di sampaikan-Nya pada waktu dimana sudah ada tanggal yang saat itu aku harus terlahir kembali. tonggak perjuangan yang baru dengan lafas Basmallah...
Whai saudara-saudariku... please temani, saksikan lah aku berproses.
Thanks untuk rasa patah haati, prustasi, jiwa yang sunyi yang melahirkan prestasi...
dan diri ini punya arti...
dan cepat dapat suami ...( Amiiin )
he..he...

Ma, kita damai !!!

Ma, kita damai !!!

Indahnya. Pada sebuah bis tujuan Bekasi dari pelabuhan Merak, saya duduk di dekat jendela, takjub memandang keluar kaca. Menikmati indahnya Matahari terbit dalam nuansa perjalanan. Embun yang bulir-bulirnya sesaat membuat kaca buram, lalu meleleh diterpa hangatnya sinar mentari pagi yang kian beranjak. Seolah tak mau kalah, pohon-pohon besar serta ilalang disepanjang jalan, menari meliuk-liuk, membuat gerakan senada dengan kehangatan yang mulai terasa. Subhanallah, indah sekali perjalananku kali ini.

Sesekali saya melirik teman seperjalanan yang sedang tertidur pulas. Tampak raut wajah lelahnya, walau sesekali pula menerbitkan senyum. Saya latah ikut tersenyum. Memikirkan, entah sedang mimpi apa dia.

Namun, tiba-tiba saya tertegun. Baru pertama kali saya mengalami hal-hal seperti ini. Menikmati terbitnya surya, melihat gemulai pohon dan ilalang, mencium bau embun, walau letih yang mendera disekujur tubuh, sampai mata yang berat, namun tak mengurangi kebahagiaan yang sebelumnya belum pernah saya rasakan, bahkan, belum terpikirkan sedikit pun.

Jujur, ini kali pertama saya berpergian jauh tanpa di temani keluarga. Hanya saya bersama teman-teman. Sebelumnya Lampung dan Bengkulu daerah paling jauh yang pernah saya jelajahi. Itupun bersama keluarga.

Tapi, tidak kali ini.

Kali ini, saya mencoba sesuatu yang baru. Saya merasa di umur 22 tahun adalah waktu yang sudah sangat tepat untuk “bebas” . Walau sedikit terlambat rasanya baru melakukan di umur sekarang, dan tidak dipungkiri, pasti sudah ada banyak orang lain yang melakukan hal ini lebih dulu, di umur yang jauh lebih muda di banding saya.

Ya, setidaknya saya dapat berkesempatan “bebas”. Bebas dalam arti untuk mencoba belajar bertanggung jawab pada diri sendiri. Bukan bebas dalam konotasi negatif. Bebas menikmati ini semua dalam keadaan sadar. Padahal, biasanya ba’da subuh saya selalu di kalahkan “bertarung”. Entahlah. Rasanya sulit sekali melepaskan diri untuk sekadar terlepas atau menahan diri menolak dari godaan daya tarik kasur yang amat sangat memikat dengan begitu kuat.

Tiba-tiba HP saya bergetar. Ada SMS masuk.

Yuk, sudah sampe di mano? Kato mama jangan lupo makan. Usahakan jangan telat makanyo. Baek-baek di sano. Miss U…

Tanpa menunggu di perintah tuannya, bibir ini menyunggingkan senyum. Sebuah sms dari adik Ni’. Tidak salah! Ini pasti atas instruksi “Sabda Pandita Ratu.” Pandita Ratu itu gelar kesayangan dari kami untuk mama. Jelas, pesan singkat secara tidak langsung yang berasal dari mama, merupakan perintah yang wajib di patuhi.

Tak lama HP berderit lagi. Sms dari adik ela’ dan adik Andi. Sms yang isi intinya sama, “ perintah” untuk tidak lupa makan. Mendadak mereka semua menjadi “Badan Pengawas Makan” untukku.

Dan… aneh.

Sebenarnya bentuk perhatian seperti; jangan lupa makan, jangan telat makan, baik-baik disana, itu hal biasa. Dimana dan kapan pun kalau sedang ada agenda di luar rumah, pernik-pernik ini tidak akan pernah lolos untuk disampakaikan pada anak-anaknya.

Tapi untuk “ Miss U…”? Itu terdengar sangat lain.

Kalau di rumah kami sih biasa, sibuk dengan urusan kami sendiri-sendiri . Tapi begitu jauh seperti ini, semua mendadak berubah menjadi sedikit “romantis” dan “sok perhatian”. Bisa di buktikan akan ada banyaknya sms yang masuk selama saya menjadi musafir. Bahkan “perintah” tambahan : jangan tidur terlalu malam, jangan jajan dan makan sembarangan, jaga kesehatan dan yang lebih ribet lagi harus siap lapor setiap perjalanan baru. Itukah salah satu keajaiban dari cinta…?

Tiba-tiba saya merasakan sesuatu. Entah rasa apa itu…? Ada dingin diserap dalam batin. Rasa haru disertai teritisan rindu.

Serta merta, pikiran saya tertuju pada sosok yang melahirkan saya.

Dan saat jauh seperti ini ternyata adalah waktu yang amat mujarab untuk dapat mengingat kembali semua jasa, pengorbanan dan arti seorang ibu. Yang setiap sentuhannya amat terasa sangat tulus. Hanya seorang ibu lah yang dapat melakukanya dangan hati penuh cinta.

Mendidik anak-anaknya dengan kasih, menanamkan pengertian, membantu kita mencari hikmah dalam setiap pengalaman dari perjalanan hidup. Meskipun kebanyakan dari itu semua, terkadang tidak sesederhana yang kita bayangkan dan kita ketahui sebagai seorang anak.

Karena memang, setiap kisi keegoisan sebagai seorang anak, beranggapan seorang ibu bisa menjadi sangat posesif dipenuhi rasa panik jika sesuatu terjadi pada anaknya. Padahal, justru itulah ungkapan sederhana dari semua atas nama cinta tanpa pamrih ini.

Nanar saya pandang langit biru yang berhias awan di sepanjang jalan. Seakan melukiskan wajah yang teduh milik ibu, di kanvas raksasa yang di lukiskan oleh penciptaku.

Mengingat wajah itu, rinai mulai mengguyur hati saya, basah. Sebuah rasa penyesalan. Mengingat-ingat masih sering “melarikan diri” dari petuah-petuahnya atau kurang ikhlas menjalankan apa yang dimintanya.

Menyadari terkadang banyaknya konflik yang terjadi, sungguh tidak terhitung sejak kecil hingga sekarang. Sering terjadi perbedaan dalam sudut pandang, keras mempertahankan pendapat masing-masing. Dan bermuara pada pertengkaran-pertengkaran kecil yang terkadang malah terjebak ego, merasa paling benar, tidak mau mengalah yang sering mendominasi dari rasa gengsi.

Contoh kecil, dari hal musik. Karena dari generasi berbeda, otomatis selera pun berbeda. Dan masing-masing kami pun mempunyai selera musik yang berbeda. Ibu saya masih sangat cinta dan setia banget dengan lagu-lagu era jaman dulu. Sebut saja sederet idolanya: Pambers, Meriam belina, Tomi j pisa …dan masih sederet panjang nama-nama penyanyi idolanya.

Sedang saya, ah… sulit sekali buat saya menerima dengan tangan terbuka. Bisa di bilang tidak sehati. Bahkan agak membuat saya kriting kuping-kribo rambut. he..he..

Tapi, anehnya, malah saya hapal dan terkadang tanpa sadar sering ikutan bernyanyi walau dengan nafas kesal kala tembang-tembang itu di putar.

Huff…

Boro-boro mau dengar nasyid.

Tapi di nuansa rindu seperti ini, mau tidak mau saya harus berdamai. walau tanpa kesepakatan yang di sepakati sebelumnya.

Dan saya harus merelakan dengan ikhlas mendengar tembang-tembang itu di putar secara bebas di bis dalam perjalanan ini. Hmm…ia pasti satu generasi dengan ibu.

Anehnya, tetap saja saya tidak “protes” seperti yang sudah-sudah. Seakan-akan dituntut untuk selalu berdamai. Membiarkan lagu-lagu itu mewarnai perjalanan saya, tanpa bisa mendeteksi berapa lama lagi saya dapat mengakhiri perjalanan ini.

Ya, di nuansa rindu seperti ini, lagu-lagu itu terdengar indah, seakan terasa ada aura dan nafas ibu. Terbayang ia tersenyum manis, berbahagia sambil berdendang ria. Dan lagi-lagi, mau tidak mau saya terpikir sesuatu. Seakan baru tersadar dari rasa penyesalan.

Ya Allah, betapa egoisnya saya. Mengapa tidak terpikir untuk berdamai saja? Dengan ibu sama seperti saat ini??

Tanpa di sadari ada rasa menyesak di dalam dada dan sesuatu terasa memanas mengalir di pipi, pedih di ruangan mata.

Hhh…

Ya, mungkin inilah saatnya mencoba untuk menghargai perbedaan, dan menyingkirkan segala rasa berat dan egois. Saya ingin menjadi anak yang baik buat mama.

Tiba-tiba telinga saya menangkap sesuatu. Sebuah lagu yang sedang mengalun, baru di putar oleh sang sopir menggeser tembang-tembang kesayangan mama. Lama merenung dan mencoba mengingat-ingat.

Tunggu…sepertinya, saya mengenali lagu ini ? serasa sudah tidak asing lagi di telinga saya.

Ya, lagu lama yang di arasemen ulang, sengaja di ubah. Mungkin bertujuann menuruti selera pasar sekarang. Telinga saya semakin lekat dan rasa tertarik pun semakin lama semakin besar. Jujur saya akui lagu ini terdengar seru dan asik.

Saya punya ide.

Bismillah…

Hhh.. saya menarik nafas dalam. Saya mengambil keputusan .

Ma…Kelak, Saya tidak akan keberatan dengan lagu-lagu idola mama itu. Mau di putar semua koleksi dalam waktu sehariaan pun tidak masalah. Saya tidak akan bawel lagi Demi kebahagiaan mama.

Atau jika nantinya lagu-lagu mama itu dengan keadaan sama seperti saat ini. Suer,!! Ma… saya tidak keberatan menjadi teman mama yang baik untuk mendengarkannya bersama mama.

Asal…yang menyanyikannya Afgha.

Serius, Ma…saya angkat bendera putih .

Ma… kita damai !!!

Baturaja, 23 juli 2008 / 15:37 wib

Thanks : Ma, adik-adikku, dan mbak Rien

Kamis, 08 Januari 2009

Israel... Tidakkah kalian takut akan azab Tuhanku...

Sedih hatiku
Menetes air mataku
Mengalir pilu
Tak ada yang ku mampu berbuat
Hanya melihat
Mencoba untuk ikut merasakan...
Sungguh sangat menyesakkan dadaku
Pedihkan ruang mataku...
kalian...
Tanpa perasaan membantai saudara-saudaraku...
Pisahkan Istri dari suami-suami mereka...
Anak dari cinta kasih kedua orang tuanya...
dimana hati kalian??
Nurani dan cinta...?
kemanusiaan?
Apa hanya kekejian yang kalian punya...?
Tidak pikirkah jka semua ini kalian yang rasakan?
Penderitaan, Ketakutan, Kesakitan, Air mata...?

Tidak takutkah kalian akan azab Tuhan kami...??




by: Lena
05.01.2009/03:14 pm
Baturaja, satu hari setelah penggalangan dana untuk palestina