Rabu, 15 Oktober 2008

pejuang di hari lebaran


1 Oktober kemarin umat muslim sedunia tengah berbahagia sedang menikmati hari kemenangan, hari raya Idul Fitri pun sudah melangkah melewati satu demi satu tanggal-tanggal di bulan Oktober ini.

Namun diri ini pun masih teringat-ingat sebuah pemandangan yang telah menyentuh hati di waktu senja di hari lebaran. Ketika itu aku dan adikku Ela' baru pulang dari rumah sanak saudara, sebuah ritual di hari pertama lebaran bersilaturahmi ke rumah-rumah saudara.

Terhenyak menyaksikan seorang gadis kecil bersandar pada warung kumuh yang sedang tutup di kawasan daerah pasar baru. "Sendiri" diantara keramaian anak-anak yang memadati pasar mainan.

Di sampingnya tergeletak seonggok karung berisi barang bekas. Kelihatanya tidak begitu banyak setengahnya pun tak sampai memenuhi karung itu.

Gadis kecil itu menunduk sendu membuat siapa aja menaruh iba. Rasa simpatik yang timbul tertuju padanya bukan hal yang sengaja ia buat-buat guna menarik simpati orang lain agar menaruh kasihan padanya.

Tidak.

Sama sekali ia tidak minta belas simpati, bahkan ia tak peduli orang lain melihatnya atau tidak.

Ia memainkan lintingan lidi di patah kecil-kecil. Bajunya kucel, senada dengan kulitnya, rambutnya pirang bahkan menyerupai warna merah karna tersengat matahari, sandal jepitnya pun sangat usang.

Sedih rasa yang timbul di dalam hati. Lebaran yang identik dengan berbahagia, saat ini malah aku menyaksikan sebuah pelajaran hidup. pelajaran agar kita dapat ikut "melihat" dan "merasakan" yang ada di sekitar kita. Memang Maha Basar Allah cara-cara yang dapat dilakukanNya agar hambanya dapat MelihatNya.

Dulu aku pernah menyaksikan di acara Infotaiment meliput seorang artis cilik yang imut sedang memamerkan baju lebaran yang akan ia bawa mudik.tahu tidak jumlahnya berapa banyak? jumlahnya sebanyak 100 setel. Bayangkan... !

Bagaimana dengan gadis kecil itu? bajunya...? tiba-tiba aku membayangkan kalau seandainya baju yang seratus setel itu dapat dibagikan, satu setel saja kepada gadis kecil mungkin aku tidak akan dapati wajahnya tidak akan sesendu itu. Ah ... alangkah indahnya seandainya hal itu dapat berbagi.

Rasa sedih yang aku rasakan melihat potret anak bangsa, potret dari sebuah masyarakat, potret kehidupan. Di waktu bersamaan diantara banyak anak Indonesia sedang menikmati berbagai macam makanan khas hudangan lezat di hari raya pakaian elok nan rupawan. ada anak kecil yang mungkin sedang sedih hatinya.

Di sisi lain aku sedikit berbangga pada sosok gadis kecil itu sudah menjadi seorang yang aku anggap seorang "pejuang". Pejuang untuk dirinya sendiri atau mungkin bahkan untuk orang lain dan keluarganya?

Di usianya yang sangat relatif dini ia berani menghadapi kenyataan, menghadapi keadaan di kerasnya kehidupan. Menjalani kehendakNya...

"Pejuang kecil" mungkin aku tidak dapat barbuat banyak untukmu, hanya sesuatu yang kecil yang mampu aku perbuat sebagai tanda cinta. Sebuah isyarat bahwa engkau tidak sendiri. kuatkanlah hatimu...teruslah semangat menghadapi dunia ini...

Semoga Allah SWT menjagamu, memberikan kemuliaan untukmu, menuntun langkah kakimu. Amiin...

Baturaja, 02 Oktober 2008
waktu hampir senja

Jumat, 03 Oktober 2008

Dari "diri" seorang anak ibuku...



Terlahir sebagai "diri" anak ibuku, bersyukur terlahir dari rahim seorang ibu yang berharap bisa memuliakannya setiap saat...

"Icha tak pernah lupa cium tangan, bangga saya..." sederet kalimat tersebut mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, kita sering dapatinya di tv pada iklan komersil susu formula untuk anak-anak itu. ajaib. Telah berhasil mengusik nurani dan perasaanku menyadarkan aku akan sesuatu... begitupun yang pernah diutarakan adikku dan ia menuliskannya sebagai kado cinta untuk ibu.

Dalam iklan tersebut seorang ibu menceritakan kebanggaannya pada sang anak.

Bagaimana dengan ibuku? sudah banggakah ia pada diriku? atau pernahkah ia bangga padaku? jangan-jangan tidak ada sesuatu yang membanggakan pada diriku yang dapat ku persembahkan pada sang ibu. Bahagiakah atau air mata yang telah kugoreskan di hatimu? oh, Tuhan... mengapa aku baru terpikir sekarang...

Mungkin aku terlalu bingung untuk mengetahuinya, tentang mengingat-ingat apa saja yang telah aku lakukan untuk ibu, entahlah... aku hanya berharap jika saat ini belum ada sesuatu pada diriku yang telah membuat bangga ibuku. semoga suatu saat nanti aku bisa melakukannya, mengukir senyum pada wajahnya...

Rabb...
Kumohon izinkan aku membahagiakan bunda...
Mengukir senyum di wajahnya dengan cinta kasih yang aku punya..

Ma... maaf kan aku anakmu... belum seperti apa yang engkau harapkan.semoga Allah selalu senantiasa menyanagimu selalu. Amiin. Percayalah kami anak-anak mu sangat mencintaimu..
Assalamualaikum...

Selamat datang, semoga nggak ngebosenin.
Selamat baca aja, ambil yang bermanfaat and jangan ngerundel apa yang tidak menjadi kesepakatan bersama...