Jumat, 26 April 2019

Catatan Harian Tentor Part V

Catatan Harian Tentor
Part V



     Ada banyak hal yang ingin saya tuliskan dalam catatan saya kali ini karena begitu banyak cerita yang telah terjadi selama bulan Maret ini. Flashback satu tahun yang lalu, tepat di bulan Maret saya diundang untuk bergabung di Bimbel  BTA70. Itu artinya saya dan Rhona (tentor matematika) secara simbolis lewat tulisan ini merayakan anniversary satu tahun kita di sini. 

     Selang beberapa hari sebelum undangan mengajar itu datang, saya sempat terlibat pembicaraan yang cukup panas dengan salah satu teman saya, ia beberapa kali menyarankan saya untuk mengajar, tapi saat itu saya merasa belum tertarik,  "Ngajarlah, ilmu itu jangan dimakan sendiri, jangan egois, berbagilah!" begitu bentuk reaksi emosi teman saya. Saya rasa malam itu kami tidur dengan membawa emosi masing-masing. Pasca lulus kuliah saya memang lebih suka melakukan kegiatan dan pekerjaan yang cenderung saya sukai. Kerja sesuai passion. Hobi yang menghasilkan.

     Ya, penuh dengan pertimbangan karena saya bukan tipe yang asal-asalan mengambil keputusan. Dari pada tidak bertanggung jawab lebih baik tidak sama sekali. Saya tanya, ini undangan hanya untuk saya atau sistem seleksi? Kalau seleksi untuk mencari yang terbaik itu tidak masalah tapi, kalau seleksinya sekadar formalitas, saya tidak mau kalau ujung-ujungnya tersingkir dari kompetisi yang tidak fair. Buang-buang waktu saja. 

    Pertimbangan lain, tawarannya hanya satu bulan, untuk kelas intensif persiapan SBMPTN. Hanya satu bulan. Ya, anggap saja refreshing dari agenda ngisi kelas online yang padat dan editan yang numpuk saat itu. Setelah saya pikirkan dengan saksama, ini sebuah kesempatan kenapa tidak saya ambil, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba. Ya, berinteraksi dengan siswa selalu bisa memberi saya kesan yang menyenangkan tapi, sebelum resmi bergabung, pihak BTA70 ingin melihat micro teaching dan cara pembahasan soal saya. Selagi itu bukan tes (mengingat saya penderita testophobia) kalau sekadar ingin melihat kemampuan saya, pantas tidaknya saya untuk bergabung di sini. Oke, itu tidak masalah.

     Setelah selesai semua rangkaian itu dilalui akhirnya pada kesepakatan kontrak. Tanda tangan kontrak. Seperti yang saya pikir sebelumnya kalau hanya untuk satu bulan kok pakai tanda tangan kontrak? Ternyata kontrak itu untuk satu tahun ke depan. Itu artinya satu tahun ini saya harus tanggung jawab menjalani ini dengan baik. Itulah cerita awal kehadiran saya di sini. 

     Ada yang datang ada pula yang pergi. Di tahun yang berbeda. Masih di bulan yang sama. Mau tidak mau, saya dan kita semua terpaksa harus merelakan salah satu tentor sekaligus teman yang baik untuk pergi karena panggilan tugas. Ia terpilih untuk menjadi orang yang berkesempatan mengabdi dan mendedikasikan ilmunya di dunia pendidikan nan jauh di sana. Di daerah pesisir. Delapan jam perjalanan dari Baturaja.


     Anggi, bagi saya ia tentor yang unik. Banyak hal yang bisa dikagumi dari kepribadiannya. Pribadi yang disiplin dan tegas demi kebaikan siswa namun menyenangkan sebagai teman baik. Seringkali saya harus banyak-banyak istiqhfar karena rahang saya terasa sedikit sakit akibat terlalu banyak tertawa kalau ada dia.

     Dari awal kehadiran saya, dia sangat welcome. Proses kedekatan kami terjadi saat diklat raker ke Palembang bersama Intan dan tentor-tentor lainnya. Ia tipe pribadi yang semuanya mau perfectsionis dan punya inisiatif yang tinggi. Kalau ada dia semuanya bisa dikatakan aman. Anggi sangat bisa diandalkan.

     Kami berbagi cerita untuk menciptakan suasana yang akrab. Sampai pada akhirnya saya keceplosan membaca karakter kepribadiannya. Sontak saat itu Anggi sangat antusias. Akhirnya keluarlah ilmu psikologi saya. Jujur, bagi saya Anggi pribadi yang menyenangkan. Ada banyak hal yang bisa dijadikan bahan obrolan yang menyenangkan. Wawasannya luas.
Saat saya menyimak apa yang ia katakan ia mengaku malah membuatnya sedikit kikuk, agak salah tingkah, dan berhati-hati saat bicara, ia sampai melontarkan reaksi, "Ngapo, Mbak...?" tanyanya malu-malu  "Lah, kenapa?" saya balik bertanya sambil menggodanya. "Mbak tu pasti sambil membaca sesuatu. Aku paling takluk nian samo Mbak Lena, ni" saat itu juga tawa saya pecah. Hanya ditatap begitu saja sudah kikuk. Padahal saya hanya menyimak saja (ya, sambil membaca,  menganalisa bahasa tubuh, ekspresinya, dan kondisi psikoliginya saat itu, hehe...)

    Anggi, ia sosok menyenangkan. Ia mampu memberi warna dilingkungannya. Saya berharap di mana pun ia berada Anggi tetap akan menjadi sosok Anggi yang menyenangkan. Anggi semangat ya, di sana. Jaga kesehatan. Semoga  amanah dan kehadiranmu beserta ilmunya bermanfaat di sana. 

Lena Munzar
Baturaja. Kamis, 21 Maret 2019/18.26 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar