UPAYA
MENUMBUHKAN MINAT DIKALANGAN MAHASISWA
TERHADAP
KARYA SASTRA
Oleh:
Lena*
Saat kita berbicara tentang sastra
tentunya kita harus tahu terlebih dahulu tentang pengertian dari sastra itu
sendiri. Istilah sastra menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, sastra adalah:
bahasa yang dipakai dalam sebuah tulisan; karya tulis yang memiliki nilai seni.
Adapun jenis karya sastra juga beragam mulai dari prosa, drama, dan puisi.
Tentunya semua jenis karya sastra tersebut menyimpan cerita yang menarik
yang berkaitan dengan sejarah perkembangannya dan memiliki kesan tersendiri
dihati penikmat karya sastra. Karena sastra yang baik adalah sastra yang
memnpunyai arti bagi pembacanya. Unsur
estetika yang indah dan bervariasi dalam bahasa yang terdapat dalam sastralah
yeng menjadikan sastra begitu menarik.
Jika dibahas atau dianalisis secara mendalam. Karya sastra seakan tidak
ada habisnya untuk terus disimak dan dibahas. Karya sastra juga seakan tidak mati di makan zaman.
Dan sastra mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah perkembangan bangsa
Indonesia.
Jika kita menilik sejarah perkembangan sastra di Indonesia tentunya kita
akan takjub dengan banyaknya karya-karya sastra Indonesia yang telah dilahirkan
oleh penulis karya sastra tersebut. Baik dari Angkatan Balai Pustaka Sampai
Angkatan tahun 2000-an. Termasuk perkembangan dari aliran-aliran sastra yang
ada hingga saat ini.
Karya Sastra juga seperti terus terpelihara dan terjaga dan memiliki
komunitas pembaca tersendiri mulai dengan adanya karya-karya sastra yang
tergolong seperti karya sastra klasik, sastra modern dan sastra kontemporer.
Karya sastra akan tetap terus dilahirkan selagi masih ada penulis melahirkan
karya sastra dan pembaca yang baik.
Melihat respon masyarakat yang baik terhadap setiap hadirnya karya sastra itu
artinya akan terus ada harapan untuk karya sastra tetap bertahan hidup.
Pembaca yang baik juga tidak terlepas dari sekadar aktivitasnya sebagai
pembaca. Pembaca karya sastra yang baik juga mampu mengapresiasikan karya
sastra. Apresiasi terhadap karya sastra adalah salah satu bentuk kontribusi
pembaca terhadap karya sastra yang dicintainnya.
Tanpa kita sadari dari kecil kita sudah mengenal sastra. Coba kita
perhatikan dari pengalaman kita semasa kecil dulu. Saat kita kecil orang tua atau ibu kita sering
membacakan dongeng untuk kita saat sebelum tidur. Saat kita mulai mengenal
pendidikan di Sekolah Dasar kita juga diperkenalkan dengan karya sastra. Baik
dongeng, cerpen, puisi dan karya sastra yang lain yang sesuai dengan kapasitas
kemampuan siswa sekolah dasar.
Masih membekas di hati dan ingatan saya pada saat pelajaran Bahasa
Indonesia, ada pelajaran tentang puisi yang berjudul “Pak Pos”. Kami semua
siswa pada saat itu mendapat penjalasan tentang puisi, diajarkan bagai mana
membaca puisi, dan ditugasi menghafal, menghayati dan tentunya diperagakan
didepan kelas. Saya sangat senang sekali pada saat itu, saya berhasil menghafal
dan memperagakannya didepak teman-teman satu kelas saya.
Dan yang lebih membuat saya bahagia dan bangga pada saat itu adalah ketika
saya mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari teman-teman saya. Beberapa bait kata yang terdapat dalam puisi
tersebut masih dapat saya ingat hingga saat ini. Sungguh menjadi pengalaman
yang sangat berkesan bagi saya.
Sebenarnya ada sesuatu yang membuat saya begitu terkesan pada puisi
tersebut dan pada akhirnya tidak hanya sekedar ikut berpartisipasi biasa dalam
mengapresiasikan karya sastra tersebut. Pada saat itu saya sangat terkesan
dengan perjuangan seorang petugas pos, dalam perjuangan menjalankan tugasnya
mengantarkan surat. Ditambah lagi dengan pengalaman saya yang selalu menantikan
kehadiran pak pos setiap hari dengan harapan pak pos datang membawa balasan
surat dari sahabat pena saya.
Dari pengalaman mengenal karya sastra yang sederhana itu, lambat laun
saya mulai menyukai karya sastra yang lain. Saya mulai membiasakan diri unttuk
membaca. Walaupun bacaan saya baru terbatas karya sastra dengan jenis cerita
tertentu yang menarik untuk saya baca.
Pada akhirnya saya masuk ke dunia
kampus. Selain saya tenggelam dalam urusan akademik, menikmati kesempatan
menimba ilmu, belajar dengan baik, serta menyelesaikan tuga-tugas perkuliahan
dengan baik. Saya sangat menikmati itu
dengan baik.
Lalu, bagaimana dengan pengetahuan
sastra saya selama ini? Tentu saja
pengetahuan dan pengalaman saya sebagai pembaca sastra selama ini saya jadikan
pengentar dalam mempelajari sastra lebih jauh lagi. Saya ingin mengetahui dan
mempelajari sastra dengan baik. Walau pendidikan yang saya tempuh tidak
sepenuhnya mempelajari tentang sastra saja. Setidaknya saya masih mempunyai
kesempatan itu.
Kepedulian saya terhadap sastra
selama ini membuat saya ikut memperhatikan “tempat” sastra dilingkungan di
sekitar saya. Apakah sastra mempunyai tempat yang layak? Atau bagaimana
tanggapan orang-orang disekitar saya mengenai sastra? Apakah mereka menyukai
sastra seperti halnya saya atau tidak?. Dan ternyata minat mahasiswa mengenai
sastra masih rendah.
Permasalahannya adalah banyak diantara mahasiswa yang tidak atau belum
menyukai karya sastra. Jika ditanya alasannya,
sebagian mereka berpendapat tidak mau tahu tentang sastra, sastra itu
rumit, sulit di mengerti, bahasanya tinggi, intinya tidak suka pada karya
sastra. Dapat dipahami alasan mengapa mereka tidak menyukai karya sastra,
mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah tidak suka atau belum disebabkan
karena tidak diimbangi dengan budaya membaca yang baik dan belum tahu bagaimana
rasanya menikmati karya sastra.
Memang tidak mudah menyimpulkan
demikian. Semua hanya asumsi sementara saya setelah melihat respon dari
orang-orang disekitar saya dilingkungan akademik. Jika ditanyai atau diajak
terlibat dalam pembicaraan atau pembahasan mengenai sastra. Tetapi peluang yang
menyukai sastra juga masih banyak. Namun belum dapat di gambar kan dengan
persentasi dalam bentuk angka.
Tentunya itu menjadi hal yang
memprihatinkan jika mahasiswa yang dimaksud adalan mahasiwa yang bergelut di
jurusan bahasa dan sastra. Ini yang membuat saya tergelitik. Tentunya ini bukan
permasalahan yang sepele. Itu artinya kita mempunyai tugas yang berat dan
dibutuhkan upaya yang besar untuk dapat membangkitkan kembali minat mahasiswa
terhadap sastra.
Dalam kegiatan akademik atau
kegiatan belajar mengajar dalam mata kuliah tentang sastra, tentunya saya
berupaya untuk melibatkan diri didalamnya. Saya berusaha untuk berkontribusi
didalamnnya, meski yang saya lakukan belum bisa dikatakan hal yang besar,
setidaknya saya berupaya melakukan yang saya mampu. Contoh kecil yang saya
lakukan adalah pada saat mata kuliah mengenai sastra ada aktivitas menonton
Film yang diadaptasi dari karya sastra dalam bentuk cerpen atau novel.
Saya pilihkan film dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan situasi
dan kondisi. Lalu saya siapkan karya sastra dalam bentuk asli (tulisan) sebelum
diadaptasi. Saya mempersiapkannya terlebih dahulu sebelum kami melakukan
aktivitas menonton film.
Setelah intu barulah kemudian kami melakukan aktivitas mambahas apa yang
telah kami simak bersama. Kami melakukan aktivitas menilai, membandingkan dan
lain-lain. Hal ini memberikan sedikit hasil yang baik. Diantaranya ada
teman-teman saya melihat ada yang mulai terlihat tertarik dan ikut
berpartisipasi didalamnya meski sebagian juga terlihat dengan respon yang
biasa.
Mungkin kita harus membuat sebuah
kegiatan yang lebih serius lagi demi membangkitkan minat mahasiswa terhadap
sastra. Pemerintah dan orang-orang yang terlibat di dunia pendidikan dapat
bekerjasama dengan baik. Harus lebih serius membuat event-event acara yang
berbau sastra. Baik itu berupa seminar, pelatihan, perlombaan dan kompetisi
terbuka mengenai sastra.
Saya sependapat dengan penyair asal Semarang sekaligus menjabat
Sekretaris Dewan Kesenian Jawa Tengah, Gunoto Saparie yang mengusulkan kepada
Badan Pengembangan Kementrian pendidikan Nasional agar menyelenggarakan
pemilihan duta sastra, pernyataan beliau dimuat di suara merdeka 24 Mei 2011.
beliau berpendapat “duta sastra ini
sangat penting bagi upaya pemasyarakatan dan peningkatan apresiasi sastra
dikalangan masyarakat”.
Dengan diadakan kegiata tersebut
akan kian memicu minat mahasiswa untuk mengenal sastra lebih jauh. Maka akan
membuka jalan bagi mahasiswa untuk berminat menyukai karya sastra. Jika
mahasiswa sudah memiliki minat terhadap sastra diharapkan mahasiswa dapat tertarik,
kemudian akan ada harapan mahasiswa terlibat dalam kegiatan mengapresiasi
sastra dan kemungkinan besar akan ada harapan baru, yaitu mahasiswa mampu
melahirkan karya sastra.
(* penulis
adalah mahasiwi semester lima, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di Universitas Baturaja. tlisan ini di buat sebagai syarat mengikti kompetisi Duta Bahasa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar