Selasa, 22 Maret 2016

Belajar Move On





Ceritanya nih, Lena Munzar sedang berusaha untuk Move On dari rasa sedih dan patah hatinya. Bukan karena Ikhwan, ya. Melainkan dari “musibah” beberapa bulan yang lalu. Dan sekarang baru mulai menulis lagi.
Bisa dikatakan setahun menghilang, naik gunung. Meski berkali-kali gagal bersembunyi. Baru “turun gunung” kalau ada panggilan darurat buat kalangan. Semua itu buat menyelesaikan tulisan yang sedang seru-serunya untuk di tuliskan. (sekarang sedikit Pe-de, ngaku penulis)
Sepertinya beginilah kurang lebih seperti kata pepatah, Cinta tak dapat dihindari, musibah tak dapat di tolak dan untung tak dapat di raih.  (jangan di tanya itu pepatah siapa?) Hehee… Dua naskah terhapus permanent dari flashdisk saat sedang merapikan naskah. Merasa naskah yang di tulis menuju final. Jadi, naskah yang berganda-ganda di coba untuk di buang. Bersih. Tinggalah satu naskah rapi di flashdisk. Setelah naskah itu rapi pas proses nge-cut mau di pindahkan dari flashdisk ke laptop. Tiba-tiba laptopnya ngeheng. Akibat tanpa koordinasi yang benar dan tepat dari kecepatan instruksi otak dan keterampilan tangan si Lena Munzar tidak mampu diimbangi dengan kemampuan kerja teknologi.
Oh, No!
Diluar kemauan dan dugaan. Naskahku hilang…. Hiks…hiks.
Menangislah Lena Munzar di tengah malam. Asli beneran menangis semalam Seorang Lena Munzar di malam itu.
Mendadak seperti di serang panic attack. Meski mencoba untuk tenang. Tetap saja. Cemas dan sedih jadi satu. Segala usaha telah di coba, baik itu memanggil data, bolak balik cek Recycle Bin siapa tau ada keajaiban. Namun hasilnya tetap sama. Hilang. Kesal hati ku format sekalian. Lega?  Tentu saja tidak. Tetap sedih dong. Yang jelas hati semakin menjadi sedih.
Bersamaan itu pula Hape rusak. Dan belum berniat untuk diperbaiki atau beli baru. Alasan lain di balik itu ada sebelas naskah cerita dodol dari pengalaman pribadi seorang Lena Munzar yang coba ku tuliskan. Lenyap bersamaan dengan rusaknya Hape.
Memang selama ini kurang lebih tiga tahun. Seingatku hape itu tidak ada masalah berarti dan sama sekali belum pernah di install ulang. Mungkin sudah waktunya. Sudah di coba buka kartu memori. Siapa tahu tersimpan di kartu memori. Hasilnya tetap sama, Tidak tersave di kartu memori. Karena aku biasa menulisnya di badan untuk menulis email. Itulah sebabnya Sampai sekarang hape belum diinstal ulang. Siapa tau ada keajaiban di dalam kemustahilan. Jadi yang bolak-balik nanya pin. Jangan ngambek ya…
Mau di tulis ulang? Setahun Bro nulisnya. Lagi pula tulisan kedua atau mengulang menulis jelas berbeda dengan saat kita menulis pertama. Kalau tulisan pertama kita menulisnya dengan pemikiran yang dalam, dengan konsep matang di bubuhi dengan segenap perasaan jiwa dan raga serta ada ruh di dalamnya (lebay. Hihi… Maklum kebanyakan nonton Otan) Kalau tulisan ngulang? Ya, tau dong. Namanya juga ngulang. Mengulang ingatan. Tentunya tidaklah sama lagi rasanya.
Besoknya. Hati masih bersedih dan bermaksud curhat eh, malah di marahi lagi sama si master Te-Pe. Itu si Kim Nana alias Anita Tarmizi. “Apo guno punyo kawan master Te-Pe, yuk”. Semprotnya geregetan plus nada geram.
Degh. Pas banget kena di hatiku.
Alamak, sudah jatuh dimarahi pula.
Mau tidak mau hati harus mengikhlaskan menghilangnya dua naskah itu. Satu naskah novel yang sudah 80 persen hampir selesai. Dan satu naskah catatan dodol pengalaman pribadi Lena Munzar.
Anggap saja sedang menghibur hati, semua itu kuanggap pelajaran berharga. Padahal sejauh ini aku tipe pribadi yang antisipasi sangat tinggi. Selalu ada cadangan. Buku-buku yang favorit saja selalu beli dua, cadangan kalau di pinjam teman yang tipe pembaca yang baik susah mengembalikan buku.
Jadi ingat pesan bondan: ya sudahlah
Buat mimpi baru, semangat !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar