Ceritanya
nih, Lena Munzar sedang berusaha untuk Move
On dari rasa sedih dan patah hatinya. Bukan karena Ikhwan, ya. Melainkan
dari “musibah” beberapa bulan yang lalu. Dan sekarang baru mulai menulis lagi.
Bisa
dikatakan setahun menghilang, naik gunung. Meski berkali-kali gagal
bersembunyi. Baru “turun gunung” kalau ada panggilan darurat buat kalangan.
Semua itu buat menyelesaikan tulisan yang sedang seru-serunya untuk di
tuliskan. (sekarang sedikit Pe-de, ngaku penulis)
Sepertinya
beginilah kurang lebih seperti kata pepatah, Cinta tak dapat dihindari, musibah
tak dapat di tolak dan untung tak dapat di raih. (jangan di tanya itu pepatah siapa?) Hehee… Dua
naskah terhapus permanent dari flashdisk saat
sedang merapikan naskah. Merasa naskah yang di tulis menuju final. Jadi, naskah yang berganda-ganda
di coba untuk di buang. Bersih. Tinggalah satu naskah rapi di flashdisk. Setelah
naskah itu rapi pas proses nge-cut mau di pindahkan dari flashdisk ke laptop. Tiba-tiba laptopnya ngeheng. Akibat tanpa
koordinasi yang benar dan tepat dari kecepatan instruksi otak dan keterampilan
tangan si Lena Munzar tidak mampu diimbangi dengan kemampuan kerja teknologi.
Oh, No!
Diluar
kemauan dan dugaan. Naskahku hilang…. Hiks…hiks.
Menangislah
Lena Munzar di tengah malam. Asli beneran menangis semalam Seorang Lena Munzar di
malam itu.
Mendadak
seperti di serang panic attack. Meski
mencoba untuk tenang. Tetap saja. Cemas dan sedih jadi satu. Segala usaha telah
di coba, baik itu memanggil data, bolak balik cek Recycle Bin siapa tau ada keajaiban. Namun hasilnya tetap sama.
Hilang. Kesal hati ku format sekalian. Lega?
Tentu saja tidak. Tetap sedih dong. Yang jelas hati semakin menjadi
sedih.
Bersamaan
itu pula Hape rusak. Dan belum berniat untuk diperbaiki atau beli baru. Alasan
lain di balik itu ada sebelas naskah cerita dodol dari pengalaman pribadi seorang
Lena Munzar yang coba ku tuliskan. Lenyap bersamaan dengan rusaknya Hape.
Memang
selama ini kurang lebih tiga tahun. Seingatku hape itu tidak ada masalah
berarti dan sama sekali belum pernah di install ulang. Mungkin sudah waktunya.
Sudah di coba buka kartu memori. Siapa tahu tersimpan di kartu memori. Hasilnya
tetap sama, Tidak tersave di kartu memori. Karena aku biasa menulisnya di badan
untuk menulis email. Itulah sebabnya Sampai sekarang hape belum diinstal ulang.
Siapa tau ada keajaiban di dalam kemustahilan. Jadi yang bolak-balik nanya pin.
Jangan ngambek ya…
Mau
di tulis ulang? Setahun Bro nulisnya. Lagi pula tulisan kedua atau mengulang menulis
jelas berbeda dengan saat kita menulis pertama. Kalau tulisan pertama kita
menulisnya dengan pemikiran yang dalam, dengan konsep matang di bubuhi dengan
segenap perasaan jiwa dan raga serta ada ruh di dalamnya (lebay. Hihi… Maklum
kebanyakan nonton Otan) Kalau tulisan ngulang? Ya, tau dong. Namanya juga
ngulang. Mengulang ingatan. Tentunya tidaklah sama lagi rasanya.
Besoknya.
Hati masih bersedih dan bermaksud curhat eh, malah di marahi lagi sama si
master Te-Pe. Itu si Kim Nana alias Anita Tarmizi. “Apo guno punyo kawan master
Te-Pe, yuk”. Semprotnya geregetan plus nada geram.
Degh.
Pas banget kena di hatiku.
Alamak,
sudah jatuh dimarahi pula.
Mau
tidak mau hati harus mengikhlaskan menghilangnya dua naskah itu. Satu naskah
novel yang sudah 80 persen hampir selesai. Dan satu naskah catatan dodol pengalaman
pribadi Lena Munzar.
Anggap
saja sedang menghibur hati, semua itu kuanggap pelajaran berharga. Padahal
sejauh ini aku tipe pribadi yang antisipasi sangat tinggi. Selalu ada cadangan.
Buku-buku yang favorit saja selalu beli dua, cadangan kalau di pinjam teman
yang tipe pembaca yang baik susah mengembalikan buku.
Jadi
ingat pesan bondan: ya sudahlah…
Buat
mimpi baru, semangat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar